Jakarta (ANTARA News) - Tahu dan tempe yang sedang menghilang di masyarakat akibat pemogokan yang dilakukan oleh perajin bahan pangan tersebut menyebabkan sejumlah warga menginginkan agar pemerintah segera turun tangan mengatasi permasalahan itu. "Masalah kenaikan harga kacang kedelai sebenarnya sudah berlangsung lama, tetapi kenapa pemerintah seakan-akan tidak bergerak sehingga muncullah pemogokan ini," kata warga Ciputat, Lulu Fitri (31) di Jakarta, Senin. Menurut dia, permasalahan ini seharusnya segera diantisipasi oleh pemerintah mengingat tahu dan tempe adalah bahan makanan yang banyak disantap masyarakat di Tanah Air. Senada dengan Lulu, seorang karyawan penerbitan, Sinta (25) mengemukakan bahwa pemerintah harus segera memperhatikan kesejahteraan para pedagang kecil. "Boleh-boleh saja mogok, soalnya memang bahan bakunya sudah pada naik. Asalkan tidak ada oknum yang memanas-manasi," kata wanita yang bekerja di daerah Menteng, Jakarta Pusat itu. Sedangkan warga Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Afriza Manan (34), meminta agar pemerintah memberikan insentif kepada para perajin tahu dan tempe yang sedang "tercekik" oleh kenaikan harga kacang kedelai. Seorang pedagang sayur di kawasan Petogogan, Jakarta Selatan, Jali (50), menuturkan, pemogokan tersebut telah diberitahukan kepada pelanggannya sehingga tidak ada protes dari mereka yang biasa membeli tahu dan tempe. "Tukang sayur yang ketahuan menjual bisa ditarik kembali tahu dan tempe yang dijualnya tersebut," kata pedagang yang mengambil dagangannya dari Pasar Cipete setiap dini hari itu. Jali yang telah berdagang sayur selama sekitar 25 tahun itu juga mengaku tidak bisa menimbun persediaan tahu dan tempe karena waktu kadaluarsanya yang berlangsung cepat, yaitu antara 1-2 hari. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2008