Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Kamis pagi, terpuruk hingga kembali di atas level Rp9.400 per dolar AS, padahal Bank Indonesia (BI) menyatakan siap melepas cadangan dolar AS untuk memenuhi kebutuhan pasar. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS merosot menjadi Rp9.435/9.445 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya Rp9.390/9.445 per dolar AS atau melemah 45 poin. Analis Valas PT Bank Saudara, Rully Nova, di Jakarta, mengatakan pernyataan BI hanya memberikan dukungan positif sesaat terhadap pergerakan rupiah, karena gejolak pasar saat ini cenderung negatif akibat membumbungnya harga kedelai. Karena itu, pelaku pasar kembali memburu dolar AS ketimbang rupiah, meski ada perkiraan bahwa bank sentral AS (The Fed) akan kembali menurunkan suku bunganya untuk memicu pertumbuhan ekonomi AS. Menurut dia, apabila The Fed jadi menurunkan suku bunganya sebesar 50 basis poin, maka akan ada dukungan positif terhadap rupiah. Apalagi mata uang asing itu di pasar regional cenderung melemah terutama terhadap yen. Dolar AS terhadap yen saat ini turun menjadi 107,00 dari sebelumnya 107,65 atau turun 0,4 persen. Euro juga naik 0,1 persen menjadi 1,4680 dan euro terhadap yen melemah 0,3 persen menjadi 157,10. Ia mengatakan peluang rupiah untuk kembali menguat cukup besar, namun semua itu tergantung dari pelaku pasar, karena adanya faktor positif belum tentu rupiah menguat. Faktor pasokan dan permintaan, seperti kubutuhan dolar korporat, juga sangat berperan terhadap pergerakan kedua mata uang itu, ujarnya. Menurut dia, pelambatan pertumbuhan ekonomi AS menimbulkan masalah bagi sejumlah negara di Asia, terutama negara yang melakukan bisnis dengan AS, karena negara itu merupakan pasar potensial untuk ekspornya. Ekonomi AS yang melambat, karena faktor krisis gagal bayar sektor perumahan di AS yang diperkirakan akan menyebar ke negara-negara lain, katanya. (*)

Pewarta: muhaj
COPYRIGHT © ANTARA 2008