Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah diminta memberikan insentif kepada petani kedelai jika ingin mendongkrak produksi komoditas pangan tersebut. Tenaga Ahli Menteri Pertanian Bidang Budidaya Tanaman, Baran Wirawan, di Jakarta, Jumat, menyatakan salah satu faktor penyebab rendahnya produksi kedelai nasional selama ini karena petani enggan menanamnya. "Petani tidak tertarik memproduksi kedelai karena tidak menguntungkan, terlebih lagi harus bersaing dengan produk impor," katanya. Kondisi tersebut mengakibatkan produksi dalam negeri rendah, bahkan tidak mampu mencukupi kebutuhan kedelai nasional yang setiap tahunnya mencapai dua juta ton. Sementara itu produksi kedelai nasional setiap tahun hanya sekitar 600 ribu ton sehingga untuk mencukupi kekurangan dalam negeri harus mengimpor sekitar 1,2 juta ton per tahun. "Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kedelai impor tersebut akhirnya merugikan kita ketika harga melambung seperti saat ini," katanya. Tak hanya itu, tambahnya, usaha budidaya kedelai juga kurang menguntungkan dibanding dengan pertanian tanaman pangan lain seperti padi dan jagung. Dia mengungkapkan jika produksi padi sekitar enam ton per hektar sementara harga pembelian pemerintah untuk gabah kering panen sebesar Rp2000/kg maka petani padi mendapatkan penghasilan Rp12 juta per hektar. Begitu juga dengan tanaman jagung dengan produktivitas lahan enam ton per hektar dan harga Rp2000/kg maka pendapatan yang diperoleh petani mencapai Rp12 juta. Sedangkan petani kedelai dengan produktivitas lahan satu ton per hektar sementara harga Rp4000/kg hanya mendapatkan penghasilan Rp4 juta. Menurut dia, selama ini pemerintah banyak memberikan kemudahan kepada kedelai impor sementara kedelai dalam negeri tidak mendapatkan insentif apapun. Baran mengungkapkan, sebenarnya sejak dua tahun lalu Departemen Pertanian telah menetapkan program Kedelai Bangkit untuk meningkatkan produksi dalam negeri. "Namun karena karena tidak ada insentif yang memadai maka Kedelai tidak bisa bangkit sepenuhnya," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2008