Bandarlampung (ANTARA News) - Sejumlah warga Pangajaran, Telukbetung, Bandarlampung, terserang penyakit menyerupai gejala cikungunya. "Saya sudah empat hari ini badan dingin, dan persendian pegal, terkadang sulit digerakkan," kata Ny Has, warga Pangajaran, Telukbetung, Bandarlampung, Sabtu. Bahkan, lanjut dia, tiga anaknya pun menderita hal serupa, sehingga aktivitas dalam rumah tangga sedikit mengalami gangguan. "Bagaimana mau masak atau mencuci, bergerak saja sulit," kata dia, yang mengaku belum melakukan pengobatan secara medis. Sebelumnya, sejumlah warga Kelurahan Durian Payung, Tanjungkarang Pusat, Bandarlampung, pun terserang penyakit serupa. Menurut Taryo, anaknya ketika pulang sekolah, tiba-tiba kesulitan berjalan, sehingga hanya menangis. Untungnya, kata dia, ada orang yang melihat dan segera memberitahukan kepada istrinya, kemudian menggendong anaknya tersebut kembali ke rumah. Sementara itu, dari berbagai sumber, chikungunya adalah sejenis demam virus yang disebabkan alphavirus yang disebarkan oleh gigitan nyamuk dari spesies "Aedes Aegypti". Namanya berasal dari sebuah kata dalam bahasa Makonde yang berarti "yang melengkung ke atas", merujuk kepada tubuh yang membungkuk akibat gejala-gejala arthritis penyakit ini. Penyakit ini pertama sekali dicatat di Tanzania, Afrika pada tahun 1952, kemudian di Uganda tahun 1963. Di Indonesia, kejadian luar biasa (KLB) chikungunya dilaporkan pada tahun 1982 di beberapa provinsi: Yogyakarta (1983), Muara Enim (1999), Aceh dan Bogor (2001). Gejala penyakit ini termasuk demam mendadak yang mencapai 39 derajat Celcius, nyeri pada persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang yang disertai ruam (kumpulan bintik-bintik kemerahan) pada kulit, maupun sakit kepala, conjunctival injection dan sedikit fotofobia.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008