Jakarta (ANTARA News) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada pekan depan diperkirakan masih bergerak "volatile" (naik-turun), akibat besarnya pengaruh kekhawatiran resesi AS. Analis Riset PT Valbury Asia Securities, Krisna Dwi Setiawan, kepada ANTARA akhir pekan ini, mengatakan pergerakan indeks BEI pekan depan masih dipengaruhi oleh sentimen pasar, terutama resesi AS. Menurut dia, para pelaku pasar masih tertuju terhadap perekonomian AS yang terus mengalami tekanan akibat krisis kredit "subprime mortgage" yang masih berkepanjangan. Krisna juga belum yakin rencana stimulus ekonomi yang akan diumumkan Presiden AS Goerge W Bush dapat segera mengatasi ekonominya. "Stimulus itu paling akan berjalan pada akhir bulan ini, sehingga untuk jangka pendek masih ada gejolak yang terus menekan indeks," tambahnya. Dengan kondisi ini, lanjutnya, saham-saham sektor perbankan diperkirakan akan masih mengalami tekanan, sedangkan untuk saham berbasis pertambangan dan perkebunan masih memberikan harapan kenaikan didorong oleh naiknya harga komoditi. Krisna hanya memperkirakan tekanan jual saham diperkirakan tidak sedalam pada pekan ini, dimana IHSG terperosok 219,131 poin atau 7,74 persen untuk berada di level 2.611,132. Sedangkan indeks LQ45 juga jatuh 55,561 poin atau 9,01 persen untuk berada di posisi 560,435. Turun tajamnya indeks BEI ini lebih disebabkan terus menurunnya bursa wall Street di AS selama sepekan ini, sehingga membuat para pelaku pasar panik dan terus melakukan penjualan sahamnya. Selain itu, dari dalam negeri rencana pemerintah yang akan menurunkan tarif seluler juga ikut menjadi pemicu penurunan indeks, terutama saham telekomunikasi, seperti Telkom dan Indosat mengalami koreksi cukup dalam. (*)

Pewarta: muhaj
COPYRIGHT © ANTARA 2008