Cibodas, Jawa Barat (ANTARA News) - Masyarakat Jepang menyumbang dana senilai 500.000 yen yang dikumpulkan dari pengunjung Gunma Safari Park untuk gerakan penghijauan di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango (TNGP), Jawa Barat. Pemberian sumbangan tersebut secara simbolis ditandai dengan penyerahan pohon dari Presiden Direktur (Presdir) Gunma Safari Park, Kunihiko Takahasi, kepada Kepala TNGP, Bambang Sukmananto, di jalur pendakian Resor Gunung Putri, Cibodas, Senin. Lokasi penyerahan pohon tersebut berada di lereng Gunung Gede, yang berketinggian 1.000 hingga 3.000 meter di atas permukaan laut (dpl). Warga Kota Gunma dan pimpinan Gunma Safari Park ikut menanam langsung berbagai pohon bersama-sama Direktur Taman Safari Indonesia (TSI), Frans Manangsang, dan puluhan anggota Pramuka dari Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al-Ikhlas, Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur dengan panduan staf di TNGP. Kerjasama untuk penghijauan di TNGP itu dilakukan sejak tahun 2004 dengan melibatkan tiga pihak yakni Gunma Safari Park, Jepang, Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua-Bogor dan TNGP Departemen Kehutanan (Dephut). Usai penanaman pohon, Kunihiko Takahasi menjelaskan, pihaknya mendengar bahwa tingkat kerusakan hutan di Indonesia cukup serius, setelah hutan Amazon di kawasan Amerika Selatan. "Maka, kami berinisiatif untuk mengadakan kegiatan penanaman," katanya. Ia menambahkan bahwa pada awalnya kegiatan penghijauan itu demi kepentingan satwa liar, karena bila hutan rusak maka keberadaan satwa liar endemik juga terganggu dan bisa terancam punah. Kajian terbaru dari Dana Suaka Margasatwa (World Wildlife Fund for Nature/WWF) yang diluncurkan di Nusa Dua, Bali, dalam Konferensi Perubahan Iklim (UNFCCC) pada Desember 2007 menunjukkan bahwa kerusakan hutan Amazon, di kawasan Amerika Selatan, akan kian cepat akibat siklus perubahan iklim dan penggundulan hutan. WWF memprakirakan, pada tahun 2030 sekitar 60 persen luas Amazon akan rusak dan memperburuk kondisi hidup penduduk yang tinggal di kawasan Amerika Selatan. "Peran penting Amazon terhadap iklim global tidak bisa lagi kita pandang sepele," kata Dan Nepstad, seorang peneliti senior yang memimpin penyusunan kajian bertajuk "The Amazon`s Vicious Cycles Drought and Fire in the Greenhouse". Laju penggundulan hutan di Amazon hingga tahun 2030, menurut kajian WWF, berpotensi melepaskan karbon hingga 55,5-96,9 juta ton karbondioksida (CO2). Angka ini sama dengan emisi gas rumah kaca global selama dua tahun. Mengenai hasil penghijauan di TNGP yang sudah dilakukan lima kali sejak tahun 2004, Kunihiko Takahasi mengakui bahwa berdasarkan pengecekan langsung, hasilnya cukup bagus. "Kami tidak sedikitpun merasa ada ketidakpuasan karena kegiatan di Taman Nasional ini (TNGP) semakin banyak melibatkan masyarakat, dan itu sesuai dengan apa yang kami harapkan," katanya. Ia menjelaskan bahwa kegiatan serupa juga pernah diadakan di Taman Nasional Way Kambas, Taman Nasional Bali Barat dan juga untuk rehabilitasi orangutan. "Tapi, khusus di Taman Nasional Gede Pangrango, kami bermaksud menyelenggarakan tiap tahun," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2008