Melbourne (ANTARA News) - Pertandingan final tunggal putri Australia Terbuka adalah pertarungan antara petenis yang nekat melawan petenis gugup. Ana Ivanovic terlebih dulu keder dan Maria Sharapova tampil sebagai juaranya. Ratu tenis Rusia itu mengalahkan Ivanovic 7-5, 6-3 untuk menghapus kekalahannya setahun lalu dari Serena Williams dan memenangi gelar grand slam ketiganya. Bagi Ivanovic yang berusia 20 tahun, kekalahan tersebut menjadi kekalahan keduanya di final grand slam dan membuatnya menangis. Setelah 91 menit terpapar matahari di lapangan utama, Sharapova terduduk di lututnya setelah forehand Ivanovic keluar lapangan saat match poin, menengadah dan air mata menetes dari mata hijaunya. "Saya mencintai Anda semua, terimakasih untuk segalanya," kata petenis Rusia itu sambil berkaca-kaca setelah menerima tropi juara. "Ini luar biasa. Jika ada seseorang yang mengatakan kepada saya pada pertengahan tahun lalu bahwa saya akan berdiri di sini di depan Anda semua, saya tidak pernah akan mempercayainya. "Pagi ini saya mendapat pesan dari Billie Jean King yang mengatakan juara mengambil kesempatan dan tekanan adalah hal yang istimewa. Saya merasa senang dapat mengambil kesempatan saya hari ini." Tampil brilian dengan balutan baju putih, rambut pirang yang dikucir ekor kuda menyembul dari balik topi pelindung matahari berwarna putih, Sharapova benar-benar bersinar di Rod Laver Arena. Pekikan Terkeras Sepatu Ivanovic masih mencicit saat memasuki lapangan --meski tidak terlalu keras-- dan Sharapova benar-benar memekik keras saat pertandingan mulai berlangsung. Mantan juara Wimbledon dan AS Terbuka itu memenangi undian dan memilih menerima servis tetapi Ivanovic membuatnya tertekan dan dapat mempertahankan servis dengan mudah. Namun demikian, tidak ada yang boleh menyepelekan servis petenis Rusia itu. Bertenaga dan terarah, sehingga ia mampu mendominasi pertandingan dari servisnya. Ia mendapat terobosan pada game kelima saat melesakkan backhand winner sehingga unggul 3-2. Pukulan kemenangan itupun disertai dengan pekikan paling keras sepanjang pertandingan --sangat keras, bahkan bayi yang ada di bangku penonton menangis. Sharapova tidak pernah kehilangan satu poin pun dari servisnya hingga game kedelapan, tetapi rasa percaya diri Ivanovic mulai tumbuh sehingga ia mampu merebut servis setelah petenis Rusia itu melakukan dua kesalahan ganda. Perenis Serbia itu merayakan keberhasilannya tersebut dengan cara yang aneh, meluruskan lengan kemudian menekuknya sambil mengepalkan tinju yang diikuti kata-kata "C`mon". Tiga game berikutnya, Sharapova kembali unggul dan ia lebih sering berteriak, mengepalkan tinju dan memegang servis untuk memenangi set tersebut 7-5. Populasi Serbia Populasi Serbia di Melbourne tidak henti-hentinya memberikan dukungan kepada Ivanovic, tetapi hal tersebut tidak banyak membantu petenis favorit mereka. Salah seorang pendukung setianya berulang kali meneriakkan saran. "Ayo Ana, lakukan forehand," teriaknya, tetapi butuh lebih dari hal itu untuk menundukkan Sharapova. Ia merebut servis Ivanovic pada game ketujuh set kedua dan mulai "mencium darah". Bahkan musik iklan yang tiba-tiba berbunyi menggelegar tak mempengaruhi konsentrasinya untuk membukukan keunggulan 5-3. Kepala Ivanovic semakin menunduk dan langsung tertinggal 0-40 dari Sharapova. Ivanovic menyelamatkan dua match poin pertamanya, tetapi kemenangan menjadi milik Sharapova saat forehand petenis Serbia itu melebar di sisi lapangan, demikian Reuters.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2008