Malang (ANTARA News) - Pengamat politik Universitas Muhammadiyah (Unmuh) Malang, Jatim, Dr. Mas`ud Said mengakui, selama kepemimpinannya, mantan Presiden RI ke-2, Soeharto telah berjasa meletakkan sendi-sendi pemerintahan dan kenegaraan yang kokoh hingga sekarang. "Secara jujur kita akui, Pak Harto adalah salah satu presiden terbaik di kawasan Asia, bahkan pemerintahan yang diterapkannya menjadi kiblat bagi negara-negara di Asia dan sampai sekarang pemimpin-pemimpin Asia tetap hormat padanya, terbukti dengan banyaknya pejabat Asia yang menjenguknya ketika sakit," kata Mas'ud, menanggapi wafatnya mantan Presiden Soeharto, di Malang, Minggu. Menurut dia, dasar-dasar pemerintahan yang diletakkan Soeharto begitu kokoh, meskipun pelaksanaan demokrasi selama kepemimpinannya belum sempurna dan setelah lengser, kekuatan masyarakat dalam berdemokrasi ternyata justru melampaui batas dan berujung pada kerusuhan, dimana masyarakat melakukan itu berdalih dengan alasan demokrasi. Selain meletakkan dasar-dasar pemerintahan yang kokoh, katanya, dalam dunia pendidikan sampai sekarang juga masih tetap 'dikenang' melalui program beasiswa Supersemar, di bidang sosial juga tercipta Yayasan Dharmais dan Amal Bakti Pancasila yang menyantuni orang-orang kurang mampu serta membangun masjid-masjid di daerah yang membutuhkan. Staf Biro Kerjasama Luar Negeri Unmuh Malang itu mengakui, keberadaan Soeharto selama ini juga diakui secara internasional, bahkan di bawah kepemimpinannya, Indonesia adalah negara yang kuat, kokoh dan bersatu yang disegani dunia. Ini terbukti dengan tak sejengkal tanah pun yang ada di perairan Indonesia diperdebatkan dan dipersengketakan negara lain. Dosen FISIP Unmuh itu mengemukakan sepeninggal Soeharto dan digantikan presiden lain keadaan justru menjadi sebaliknya, terjadi disintegrasi di wilayah Indonesia, beberapa pulau terluar dijamah negara lain dan seni budaya yang menjadi karya agung anak bangsa juga diakui oleh negara lain. Dikatakannya, saat ini negara kita dengan seluruh wilayahnya, yakni udara, air dan darat, terus diacak-acak negara lain yang tidak terdeteksi peralatan yang dimiliki Indonesia, kondisi itu menandakan bahwa Indonesia mulai direndahkan negara lain. "Kita juga tidak menutup mata, selain menancapkan jasa yang begitu besar bagi negara, juga ada kesalahan Soeharto yang dengan mudahnya 'diperalat' oleh para pebisnis, terutama perbankan dengan kasus BLBI. Saya yakin kesalahan itu sebenarnya bukan semata kesalahan Soeharto, tapi juga orang-orang dekatnya yang memanfaatkannya," katanya menegaskan. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2008