Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah organisasi tani mengharapkan pemerintah saat ini meneruskan kebijakan di sektor pertanian yang diterapkan Presiden kedua Soeharto yang mampu menghantarkan Indonesia mencapai swasembada pangan. Hal itu diungkapkan Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Thohir dan Sekjen Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Rahmad Pambudy menanggapi meninggalnya mantan penguasa Orde Baru itu di Jakarta, Minggu. Mantan Presiden Soeharto meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP)Jakarta Selatan pada pukul 13.10 WIB, Minggu, pada usia 87 tahun. "Perhatian Pak Harto pada sektor pertanian sangat besar. Semua sarana produksi yang dibutuhkan petani selalu disediakan," kata Ketua KTNA Winarno Thohir. Dia mengungkapkan, Soeharto yang berasal dari keluarga petani tersebut sangat memahami bagaimana membangun sektor pertanian sehingga ketika memimpin bangsa Indonesia pertanian mendapatkan prioritas. Tak hanya kebutuhan sarana produksi seperti benih, pupuk dan obat-obatan, tambahnya, namun infrasktur pertanian seperti bendungan hingga saluran irigasi juga banyak dikembangkan. Sekjen HKTI Rahmad Pambudy menambahkan, perhatian mantan Presiden Soeharto yang sangat besar terhadap sektor pertanian tersebut terutama pada masa-masa awal pemerintahannya yakni selama Pelita I hingga IV. Menurut dia, dengan kepemimpinannya Soeharto mampu menjalankan koordinasi yang baik antarinstansi sehingga seluruh departemen hingga BUMN dan perbankan seluruhnya memberikan dukungan dalam pembangunan pertanian. Kebijakan pembangunan pertanian di Indonesia pada saat ini sangat terencana dan berkesinambungan, tambahnya, serta dilakukan dengan kerja keras bertahun-tahun sehingga akhirnya membuahkan hasil Indonesia yang tadinya negara net importir beras menjadi swasembada pada 1984. Mengawali masa pemerintahannya pada 1966, Presiden Soeharto menetapkan pembangunan nasional bertumpu pada sektor pertanian dan mengeluarkan berbagai kebijakan yang mengarah pada revolusi pangan. Berbagai kebijakan diberlakukan melalui program intensifikasi massal, bimbingan massal untuk meningkatkan produksi pertanian. Bibit unggul padi diberikan, teknologi tanam juga diterapkan sehingga jika secara tradisional sawah biasanya hanya menghasilkan satu kali panen dalam setahun, maka setelah revolusi itu pun diterapkan, panen padi bisa berlangsung dua hingga tiga kali dalam setahun. Puncaknya adalah ketika pada 1984 Indonesia dinyatakan mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan beras atau mencapai swasembada pangan. Organisasi Pangan Dunia (FAO) pun mengundang Soeharto untuk menerima penghargaan atas prestasinya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008