Karanganyar (ANTARA News) - Tiga putri mantan Presiden Soeharto, yakni Siti Hardijanti Indra Rukmana (Mbak Tutut), Siti Hediyati (Titiek), dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek), Selasa (29/1) hampir selama 2 jam (15.30 WIB-16.10 WIB) nyekar di Makam Astana Giribangun, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Sebelum memasuki Cungkup Argo Sari, ruangan utama Pak Harto dimakamkan, ketiga putri Pak Harto dan rombongan singgah terlebih dahulu ke Masjid Giribangun untuk salat zuhur dan Wisma Lerem untuk makan siang. Selesai dari kedua tempat itu, mereka menuju Cungkup Argo Sari, ruangan tempat Pak Harto yang berdekatan dengan makam Ibu Tien Soeharto, untuk berdoa membaca tahlil dan Surat Yaasin. Mereka di depan pusara Pak Harto tampak khusyuk membaca tahlil dan Yaasin yang dipimpin pengurus makam Astana Giribangun. Mereka dengan mamakai baju batik warna hitam dibalut selendang dan kerudung hitam, ketiganya masih menyimpan kesedihan. Setelah selesai tahlilan, Mbak Tutut langsung sungkem di depan pusara Pak Harto sambil menaburkan bunga yang dilanjutkan Titek dan Mamiek yang diikuti keluarga dari Ndalem Kalitan Surakarta. Kemudian ketiganya menciumm batu nisan Ibu Tien, lalu menaburkan melati dan mawar merah di atas pusara. Kunjungan ketiga putri Pak Harto yang didampingi kerabat dari Ndalem Kalitan Solo itu mendapat pengawalan sangat ketat. Puluhan wartawan yang menunggu Mbak Tutut dan kedua adiknya keluar dari Argo Sari tidak memiliki kesempatan memadai untuk wawancara. Titiek sambil berjalan meninggalkan Argo Sari hanya mengucapkan terima kasih kepada seluruh rakyat yang telah memberi perhatian besar selama Pak Harto sakit hingga dimakamkan. "Terima kasih atas doa dan perhatian untuk Bapak," katanya lirih. Menurut Kepala Pengelola Makam Astana Giribangun Sukirno, Selasa malam akan kembali diadakan tahlilan di Masjid Giribangun yang diikuti seluruh pegawai dari Makam Astana Giribangun, Mangadeg, dan Girilayu. Selaian itu warga sekitar juga diundang untuk mengadakan doa bersama di tempat sama. Hingga Selasa sore peziarah terus berdatangan ke Astana Giribangun. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2008