Surabaya (ANTARA News) - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Prof Ir Mohammad Nuh menyatakan departemen yang dipimpinnya akan menyiapkan sistem "peringatan dini" (early warning system) untuk mengamankan ketersediaan sembilan bahan pokok (sembako). "Saat ini, sistemnya dalam proses pembangunan dan diharapkan pada Februari nanti sudah bisa direalisasi," kata mantan rektor ITS Surabaya itu, dalam jumpa pers di Ruang Ukir Depkominfo, Jakarta, Rabu. Dalam rilis yang diterima ANTARA Surabaya, Menkominfo mengemukakan hal itu atas nama pemerintah yang menjadi bagian dari tugas pokok dan fungsi departemennya sebagai penyelenggara komunikasi publik yang efektif antarlembaga pemerintah dengan lembaga independen dan masyarakat. Menurut dia, early warning system (EWS) itu merupakan bagian dari upaya untuk menjaga ketahanan pangan, karena sistem itu akan memungkinkan kondisi sembako dapat dipantau pada setiap saat. "Dengan pantauan itu, maka kekurangan stok yang menyebabkan antrean di masyarakat akan dapat disikapi secara cepat, karena hasil monitoring akan berisi informasi mulai dari harga, stok atau persediaan, jumlah produksi, impor maupun dalam negeri," katanya. Selain itu, sistem itu juga diharapkan dapat menghentikan upaya penimbunan dan spekulasi harga, karena hal itu terjadi selama ini akibat tidak adanya informasi berkaitan tentang persediaan atau stok secara pasti. "Dengan begitu, jika di suatu daerah terpantau adanya harga naik akibat kurangnya persediaan, pemerintah bisa segera bertindak untuk menstabilkan harga dengan berbagai macam cara, mulai dari memperbanyak stok dari dalam negeri atau pun impor bila stok dalam negeri memang tidak memadai," katanya. Oleh karena itu, Depkominfo tidak akan bekerja sendirian, tapi akan mengikutsertakan departemen dan lembaga terkait dengan masalah-masalah ketahanan pangan, seperti departemen perdagangan, pertanian, BPS dan lainnya. "Hasil monitoring itu nantinya bisa diketahui publik, juga akan disampaikan secara on-line kepada para menteri dan pimpinan lembaga non departemen," katanya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2008