Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Toni A Prasetyantono mengatakan Bank Indonesia (BI) seharusnya bisa menurunkan suku bunga acuannya, BI rate, ke level 7,75 persen pada pekan depan, mengikuti penurunan yang telah dilakukan Bank Sentral AS terhadap bunga The Fed. "Setidaknya pekan depan BI rate bisa diturunkan ke level 7,75 persen. Jika tidak turun, `capital inflow` (arus modal masuk) akan membanjir, karena perbedaan suku bunga BI rate dengan bunga The Fed makin lebar," kata Toni yang juga menjadi Chief Economist Bank BNI di Jakarta, Kamis. Menurut dia, dengan ekspektasi tingkat inflasi tahun 2008 masih tinggi, yang saya perkirakan 6,5 persen, maka BI rate maksimal dapat diturunkan hingga 7,5 persen agar memberi sedikit ruang (spread). Tetapi, lanjutnya, tentu saja penurunan BI rate itu tidak bisa seketika ke tingkat 7,5 persen, namun secara bertahap, dan pekan depan saat rapat Dewan Gubernur BI bisa turun 7,75 persen terlebih dahulu. Bank Sentral AS (The US Federal Reserve) kembali memangkas suku bunga utama Federal Fund sebesar 50 basis poin, Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB), menjadi tiga persen. Penurunan itu dilakukan sepekan setelah tindakan penurunan suku bunga darurat 75 basis poin pada Selasa pekan sebelumnya, untuk meredakan gejolak pasar global di tengah kekhawatiran ekonomi AS yang sudah berada di ambang resesi. Toni mengakui bila arus modal masuk membanjir akibat suku bunga acuan tidak diturunkan memang bagus bagi penguatan rupiah dan cadangan devisa. Namun bisa berisiko besar bila suatu saat terjadi pembalikan tiba-tiba (sudden reversal), sehingga terjadi arus modal ke luar yang besar. "Kalau ada `sudden reversal`", kita repot. Jadi sebaiknya BI rate diturunkan secara gradual ke 7,75 persen," katanya. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2008