Semarang (ANTARA News) - Para petani di Jawa Tengah akan diberi insentif berupa pemberian bibit unggul kedelai yang menghasilkan produktivtas tinggi sehingga mereka bersedia menanam komoditas itu. Para petani di Jateng memang cenderung tak mau menanam kedelai karena masa tanam lebih lama dibandingkan tanaman lain dan hasil kurang menarik, kata Gubernur Jateng, H. Ali Mufiz di Semarang, Jumat. Ia mengatakan instansi terkait kini telah memikirkan penanaman kedelai di lahan kering sehingga tidak tergantung di lahan pertanian. "Jika tanaman kedelai bisa ditanam di lahan kering kemungkinan besar petani beramai-ramai mau menanam kedelai," katanya. Karena itu pemberian insentif agar para petani bersedia menanam kedelai patut dilakukan karena tanpa ada rangsangan yang menguntungkan, produktivitas kedelai di provinsi ini bakal menurun. Kepala Biro Perekonomian Setda Jateng, Ihwan Sudrajat, mengatakan upaya peningkatan produksi kedelai di provinsi Jateng diperkirakan akan berimbas pada penurunan luas areal padi yang ada di Jateng. "Jika lahan pertanian, berupa sawah dialihkan untuk menanam kedelai maka akan mengganggu produksi beras nasional. Padahal Jateng merupakan produsen beras ketiga terbesar di Indonesia," katanya. Karena itu, kini tengah diupayakan melakukan peningkatan kedelai melalui ekspansi ke lahan kering. Namun, upaya ini menemui kendala ketersediaan air sehingga membutuhkan biaya besar. Idealnya, tanaman ini tetap di lahan pertanian berupa sawah. Ia mengatakan, luas lahan kering di Jateng mencapai 400 ribu ha. Jik lahan kering seluas 8 ribu ha bisa diupayakan untuk ditanami kedelai, maka akan mengurangi ketergantungan dari luar negeri maupun luar Jateng. "Sejak tahun 1983 kita telah mengimpor kedelai. Jika memang mengimpor langkah yang tepat mengapa harus risau karena memang produksi kedelai di Jateng sangat rendah. Bahkan produksinya setiap tahun terus menurun," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2008