Jakarta (ANTARA News) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia meminta pemerintah lebih agresif membuat kebijakan yang mendukung daya saing industri nasional di tengah perlambatan ekonomi yang melanda dunia tahun ini. Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Industri, Teknologi, dan Kelautan, Rachmat Gobel, di Jakarta, Selasa, mengharapkan pemerintah tidak dihantui kondisi pesimis yang berkembang saat ini akibat perkembangan ekonomi global yang cenderung negatif. "Peluang Indonesia masih sangat besar di pasar global, asalkan ada upaya memperkuat sinergi antara kebijakan pemerintah dengan potensi dunia usaha," ujarnya. Diakuinya, perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia akan membuat persaingan memperebutkan pasar internasional maupun domestik semakin ketat. Sementara ia menilai struktur ekspor Indonesia masih sangat lemah. Setidaknya hal itu terlihat dari kinerja ekspor non migas nasional yang masih bertumpu pada komoditas primer. "Tahun 2007 ekspor non migas nasional memang tumbuh sekitar 15,51 persen, namun sebagian besar pertumbuhan itu lebih banyak berasal dari meningkatnya harga komoditas pertanian di pasar dunia," katanya. Pada 2007 ekspor subsektor lemak dan minyak nabati, misalnya, tumbuh 68,5 persen dari 6,069 miliar dolar AS pada 2006 menjadi 10,231 miliar dolar AS. Sedangkan, sektor manufaktur seperti mesin dan peralatan listrik, mesin-mesin/pesawat mekanik relatif tidak mengalami pertumbuhan yang signifikan. Ekspor mesin dan peralatan listrik hanya tumbuh sekitar dua persen dari 7,291 miliar dolar AS pada 2006 menjadi 7,436 miliar dolar AS pada 2007. Demikian pula ekspor mesin-mesin/pesawat mekanik hanya tumbuh 7,45 persen dari 4,362 miliar dolar AS pada 2006 menjadi 4,687 miliar pada 2007. "Persaingan pasar ekspor akan semakin ketat. Indonesia yang memiliki potensi pasar yang besar pasti menjadi incaran pula, karena itu harus dijaga dari serbuan produk impor baik legal maupun illegal agar perekonomian nasional bisa bertahan," kata Rachmat. Ia mengkritisi angka impor non migas yang mencapai 24,75 persen, atau lebih tinggi dari pertumbuhan ekspor non migas pada 2007. Ia khawatir impor tersebut kebanyakan berasal dari barang konsumsi yang membuktikan adanya serbuan produk impor ke Indonesia.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008