Bogor (ANTARA News) - Pemerintah telah menyiapkan beasiswa bagi 170.000 mahasiswa dari keluarga tidak mampu senilai total Rp200 miliar sebagai salah satu dukungan pemerintah terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia di tingkat perguruan tinggi. "Beasiswa tersebut nantinya akan disalurkan ke perguruan tinggi dan mekanisme penyaluran tergantung kebijakan yang diterapkan masing-masing kampus. Namun demikian pemerintah mengharapkan beasiswa tersebut mampu mendorong perguruan tinggi untuk menyelenggarakan beasiswa sejenis," kata Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas, Fasli Jalal kepada pers pada acara Rembuk Nasional Pendidikan 2008 di Pusdiklat Pegawai Depdiknas, Sawangan Bogor, Selasa. Ia mengatakan, pada awal pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi (dikti) sebesar 14 persen atau sebanyak 25 juta penduduk dari usia 19-24 tahun. "Saat ini APK dikti sebesar 17 persen, sedangkan target sampai dengan akhir kabinet ini sebesar 18 persen. Untuk mencapai target ini, perlu menambah jumlah mahasiswa sebanyak 180 ribu orang," katanya. Fasli menambahkan, saat ini hanya dua daerah yang ber-APK di atas rata-rata nasional, yakni Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi DI Yogyakarta. "Yang lainnya di bawah rata-rata nasional. Ada yang sangat rendah sampai 6 persen," ujarnya. Untuk meningkatkan APK dan akses yang lebih luas, pemerintah telah memberikan sebanyak 170.000 beasiswa untuk mahasiswa sebesar Rp 250.000 per bulan per orang untuk jenjang S1. "Beasiswa dibagikan ke semua PTN dan PTS secara proporsional sesuai dengan jumlah mahasiswa," katanya. Namun, Fasli berharap ada biaya relokasi dan penyesuaian terhadap lingkungan. Di sisi lain, Fasli juga mempersilakan orang tua mahasiswa yang mau membayar lebih untuk mendapatkan mutu pendidikan yang baik bagi anaknya. "Bagi yang mampu membayar, mari kita tambahkan kemungkinan menyumbang demi mutu yang lebih baik." Fasli meminta perguruan tinggi menjaga proses pembelajaran yang bermutu dan memberikan kesempatan bagi mahasiswa yang memiliki potensi. "Kita akan jemput bola bagi pelajar yang mempunyai peringkat tertinggi di sekolahnya. Mereka yang potensial, tapi miskin akan difasiltasi. Tidak ada alasan untuk tidak bersekolah bagi mereka," katanya. Sementara itu, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Herry Suharyanto menyatakan, pihaknya telah menawarkan solusi bagi mahasiswa potensial, tapi tidak mampu melalui SPP Pola Subsidi Silang. Ia mengatakan, sebanyak 60 persen orang tua mahasiswa IPB berpenghasilan di bawah Rp2,5 juta rupiah, termasuk 18 persennya di bawah Rp1 juta, dan sekitar 7,5 persen yang penghasilan di atar Rp15 juta.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008