Surabaya (ANTARA News) - Sekalipun harapan hidup bayi kembar siam yang dirawat di RSU Dr Soetomo Surabaya sejak Rabu (30/1) lalu hingga Jumat (8/2) itu tipis, tapi tim medis tetap berupaya agar bayi tersebut tetap "survive" (sehat). Menurut dr Machrus A Rahwan, salah seorang tim dokter bayi kembar siam bagian jantung, Jumat, jantung bayi kembar siam itu menyatu, sehingga tidak bisa dipisahkan (unseperated conjoin twin) dengan cara operasi. "Bilik jantung bayi kembar tersebut ada tiga, padahal kalau normal ada empat," katanya saat ditemui di RSU Dr Soetomo Surabaya. Sebetulnya, kata dia, ada dua hal yang ditimbulkan akibat dari jantung yang telah menyatu tersebut, yakni jika aliran darah ke paru terlalu banyak, maka nafas menjadi sesak dan bisa rawan gagal ginjal. Sedangkan, jika aliran darah ke paru-paru kurang, maka bisa dikatakan bayi tersebut kurang oksigen, sehingga darah menjadi biru. "Untuk mengantisipasi hal itu, kami sudah memberikan cairan yang cukup," katanya menambahkan. Selain itu, bayi kembar siam juga diberikan triple D atau semacam obat untuk merangsang epitilitas dan granulisasi kulit (membentuk kulit baru) seperti diantaranya `Brilliant Green`, `Crystal Violet` dan `Proflavin Hemisulfat`. Kasus bayi kembar siam serupa dalam bidang kedokteran, menurut Machrus sudah pernah terjadi dari anak pasangan suami sitri warga Nusa Tenggara Barat (NTB) beberapa waktu lalu. "Bayi tersebut hanya bisa bertahan hidup selama 1,5 tahun," katanya. Namun demikian, kondisi bayi kembar siam yang lahir di Rumah sakit Al Islam, Krian, Sidoarjo pada Selasa (29/1) lalu, anak dari pasangan suami-istri Sigit Widiantoro (25) dengan Santi (24) warga warga Desa Jeruk Gamping, Kecamatan Krian, Kabupaten Sidoarjo saat ini kondisinya mulai stabil. Hal itu bisa dilihat dari berat badan bayi kembar itu mulai naik dari 4.400 gram menjadi 4500 gram, selain itu sudah ada peningkatan asupan makanan berupa susu formula dari semula 5x 2,5 cc/kg/24 jam menjadi 12x3 cc/kg/ 24 jam.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008