Jakarta (ANTARA News) - Dr.Nafis Sadik, Penasehat Khusus Sekjen PBB dan Utusan Khusus untuk HIV/AIDS di Asia Pasifik, meminta pemerintah Indonesia memaksimalkan upaya penanggulangan infeksi virus dan sindroma merapuhnya kekebalan tubuh (HIV/AIDS) agar epidemi sindroma itu bisa ditahan pada level rendah seperti saat ini. "Saya lihat upaya penanggulangan yang dilakukan telah berkembang cukup dinamis dan saat ini prevalensinya masih rendah, kecuali di Papua, karenanya laju epidemi harus dipertahankan di level terendah," katanya di Jakarta, Jumat, saat memaparkan hasil kunjungannya selama lima hari di Indonesia. Ia menjelaskan, untuk menahan laju epidemi HIV/AIDS pemerintah mesti menjadikan penanggulangan HIV/AIDS sebagai prioritas dalam pembangunan kesehatan serta membuat dan menjalankan program pencegahan dan penanggulangan yang tepat berdasarkan bukti dan fakta yang ada di lapangan. Pemerintah, ia melanjutkan, juga mesti mengefektifkan dan memperluas cakupan program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS serta mewujudkan akses universal terhadap pelayanan informasi, pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS serta kesehatan reproduksi. "Harus ada upaya yang lebih progresif pada kelompok beresiko tinggi dan komitmen yang kuat untuk mengatasi masalah ini karena hasil studi menunjukkan bila tidak dikendalikan penularan HIV/AIDS akan berdampak sangat buruk terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat," katanya. Intervensi pada kelompok beresiko tinggi, kata dia, antara lain bisa dilakukan dengan meningkatkan akses terhadap pelayanan konseling dan pemeriksaan HIV/AIDS, pelayanan terapi antiretroviral (ARV), program pengurangan bahaya (Harm Reduction), pencegahan penularan AIDS dari ibu ke anak dan promosi penggunaan kondom. Ia menambahkan, negara-negara di dunia yang berhasil menurunkan prevalensi AIDS-nya secara bermakna seperti Zambia, Zimbabwe, Senegal, Thailand dan Kenya pun menerapkan strategi serupa. Berkenaan dengan hal itu Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional Ny.Nafsiah Mboi mengatakan pemerintah Indonesia pun telah menerapkan strategi yang disarankan Sadik. "Kita sudah tahu apa yang harus dilakukan dan sudah melakukan apa yang seharusnya dilakukan," katanya. Nafsiah mengatakan meski HIV/AIDS belum sepenuhnya bisa dikendalikan, kemajuan berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan yang dilakukan sudah cukup bermakna. "Sarana pemeriksaan dan konseling sekarang sudah banyak, jangkauan pengobatannya meningkat dan anggota masyarakat yang tahu tentang AIDS dan pencegahannya juga bertambah banyak," katanya. Walaupun tidak menyebutkan secara pasti jumlahnya namun kata Nafsiah setiap tahun pemerintah meningkatkan alokasi anggaran untuk pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di tanah air. Lebih lanjut Nafsiah menjelaskan saat ini rata-rata angka kejadian AIDS di Indonesia 0,2 persen, termasuk rendah dan hampir sama dengan prevalensi AIDS di negara-negara Asia yang lain. Sementara jumlah kasus AIDS kumulatif di Indonesia hingga September 2007, menurut Departemen Kesehatan, sebanyak 10.384 kasus dengan jumlah total populasi yang beresiko tertular menurut Nafsiah antara 193 ribu hingga 200 ribu orang. Prevalensi HIV/AIDS di Indonesia, menurut dia, tergolong masih rendah namun pemerintah tetap waspada dan terus melanjutkan upaya penanggulangan karena sejak tahun 2000 AIDS telah menjadi epidemi terkonsentrasi (prevalensi lebih dari lima persen-red) pada beberapa sub-populasi beresiko tinggi seperti pengguna narkoba suntik, penjaja seks, dan waria.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2008