Bandung (ANTARA News) - Departemen Luar Negeri (Deplu) menyatakan Gedung Asia Africa Cultural Center (AACC) tempat 10 remaja meregang nyawa akibat berdesakan saat nonton konser musik, tidak ada hubungannya dengan museum maupun kegiatan budaya negara-negara Asia Afrika. "Gedung itu berada di belakang museum Asia Afrika, tapi tidak ada hubungannya dengan museum dan perpustakaan Asia Afrika yang ada di sampingnya," kata Kepala Sub Direktorat Ekonomi dan Pembangunan Direkrotrat Diplomasi Publik Departemen Luar Negeri, Satrio Nugroho dalam siaran persnya yang diterima ANTARA News, Minggu. Menurut Satrio, Gedung itu hanya pernah digunakan oleh LSM yang mengatas namakan Asia Africa Culture Centre yang tidak ada hubungannya dengan Museum Asia Afrika atau Gedung Merdeka. "Beberapa bulan lalu kami pernah meminta kepada pengelola gedung itu untuk menurunkan plang AACC, namun ternyata hingga saat ini masih ada," katanya. Gedung itu, kata dia, tidak ada hubungannya dengan unit pengelola teknis Departemen Luar Negeri yang mengelola museum dan perpustakaan di Gedung Merdeka. "Penggunaan gedung bersejarah seperti Gedung Merdeka dalam hal ini museum dan perpustakaanya dilakukan secara selektif, tidak semua acara digelar di gedung itu, dengan perizinan dari Deplu," katanya. Deplu mengeluarkan rilis itu karena dalam pemberitaan menyangkut-nyangkut nama Asia Afrika dengan label AACC itu. Sementara itu hingga Minggu petang, gedung bekas Bioskop Majestic itu masih dipasang police line berwarna kuning dan dijaga beberapa petugas keamanan. Sementara itu beberapa bagian gerbang besi bangunan itu masih tampak rusak akibat terjebol oleh para pengunjung konser musik yang panik dan berdesakan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008