Brisbane (ANTARA News) - Presiden Timor Leste, Jose Ramos Horta, yang tertembak di bagian perut dalam serangan di rumahnya oleh kelompok gerilyawan pimpinan Alfredo Reinado Senin dini hari, menjalani operasi di markas militer Australia di Dili. Mengutip berbagai sumber pemerintah di Dili, ABC dan Harian "Sydney Morning Herald" dalam edisi online-nya, Senin siang, melaporkan luka tembak yang diderita peraih Hadiah Nobel Perdamaian tahun 1996 bersama Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo itu tergolong "serius". Gubernur Jenderal Australia, Mayor Jenderal Michael Jeffery, menyebut insiden tersebut sebagai peristiwa "yang sangat menyedihkan" dan mendoakan kesembuhan segera Ramos Horta. "Berita itu sangat menyedihkan dan saya berharap Horta segera sembuh," katanya kepada Radio Fairfax. Pengamat masalah Timor Timur dari Universitas Deakin, Prof. Damien Kingsbury, berpendapat serangan kelompok Alfredo Reinado itu dapat memicu terjadinya "protes, kerusuhan, dan destabilisasi" segera setelah informasinya diumumkan ke masyarakat Dili. Dalam serangan Senin dinihari itu, pemimpin gerilyawan, Alfredo Reinado, dilaporkan tewas dan seorang prajurit negara kecil yang meminta dukungan perlindungan militer Australia itu menderita luka serius. Pertikaian berdarah antar-faksi di negara miskin yang terjadi sejak dua tahun lalu itu menewaskan 37 orang dan menyebabkan 155 ribu warga meninggalkan rumah-rumah mereka. Pemerintah Timor Leste pun meminta bantuan tentara asing untuk memulihkan stabilitas. Pada 14 Desember 2007, Perdana Menteri Kevin Rudd menyempatkan diri mengunjungi Dili. Dalam kunjungan resmi pertamanya selaku perdana menteri baru Australia itu, ia memastikan kesediaan Australia untuk terus mendukung keamanan Timor Leste. Selama kunjungannya di Dili yang dilakukannya dalam perjalanan pulang ke negaranya setelah menghadiri Konferensi PBB tentang perubahan iklim di Denpasar, Bali, itu, PM Rudd sempat bertemu PM Xanana Gusmao dan Presiden Jose Ramos Horta. Ketika itu, Pemerintah Timor Leste meminta komitmen Australia untuk mempertahankan pasukannya di negara itu hingga 2008. Kendati tidak memberikan kerangka waktu, PM Rudd berjanji melanjutkan tawaran bantuan pemerintahnya kepada Timor Lester untuk memenuhi kebutuhan keamanan negara miskin itu. Pada November 2007, seorang tentara Australia tewas dengan satu luka tembak di sebuah barak militer di kota Dili. Permintaan Pemerintah Timor Leste kepada Australia untuk mempertahankan pasukannya di sana merupakan yang kedua kali setelah pada kunjungan (mantan) PM John Howard ke negara itu Juli lalu, Presiden Horta juga menyampaikan hal yang sama. Presiden Horta saat itu meminta Australia untuk tetap mempertahankan pasukannya hingga akhir 2008. Pasukan Australia telah berada di Timor Leste sejak Mei 2006 ketika terjadinya bentrokan berdarah di jalanan. Atas permintaan Dili, ribuan anggota pasukan perdamaian internasional yang dipimpin kontingen Australia dikirim kesana untuk membendung aksi kekerasan tersebut. Australia menempatkan sedikitnya 900 personil. Negara miskin tapi kaya akan minyak dan gas itu menghadapi tantangan sosial dan ekonomi sangat berat. Ratusan ribu orang Timor Leste masih hidup dalam kemiskinan. 980

COPYRIGHT © ANTARA 2008