Brisbane (ANTARA News) - Presiden Timor Leste, Jose Ramos Horta, Senin malam waktu setempat mulai menjalani perawatan di Rumah Sakit (RS) Royal Darwin atas luka tembak yang dideritanya menyusul serangan kelompok gerilyawan pimpinan Alfredo Reinado di di Dili, Senin dini hari. Horta diterbangkan dari ibukota Timor Leste, Dili, menuju ke Darwin, di Northern Territory (NT), Australia, menggunakan pesawat penolong medis "Careflight" setelah Senin pagi menjalani operasi di rumah sakit militer Australia di Dili, demikian laporan berbagai media elektronik Australia, Senin malam. Stasiun Televisi "SBS" dalam buletin berita, menyebutkan, Perdana Menteri (PM) Australia, Kevin Rudd, telah mengumumkan pengiriman tambahan personel tentara dan polisi Australia ke negara kecil yang didera instabilitas politik dan keamanan sejak dua tahun lalu itu. Maria Gabriela Carrascalao, kerabat Presiden Horta yang bekerja pada SBS Radio dari Dili, mengatakan dalam wawancaranya dengan Stasiun TV "SBS" bahwa kondisi Presiden Horta "sangat lemah" karena dia sempat kehilangan banyak darah akibat luka tembak yang dideritanya dalam insiden serangan itu. Sementara itu, ABC melaporkan, di antara anggota keluarga yang menemani Presiden Horta selama penerbangan dari Dili ke Darwin hingga tiba di RS Royal Darwin adalah Rosa Carrascalao. Konsul RI di Darwin, Harbangan Napitupulu, kepada ANTARA News mengatakan, pihaknya telah menyiapkan karangan bunga berisi ucapan doa bagi kesembuhan Presiden Ramos Horta yang sejak Senin malam dirawat di RS Royal Darwin. Kepala negara Timor Leste yang tertembak di bagian perut dalam serangan Senin dini hari itu dilaporkan "distabilkan" di rumah sakit militer Australia di Dili segera setelah insiden penembakan tersebut. Media Australia menyebut serangan tersebut sebagai upaya kudeta terhadap pemerintahan yang sah. Mengenai perawatan medis terhadap Presiden Horta, Pejabat Urusan Medis RS Royal Darwin, Len Notaras, seperti dikutip ABC, mengatakan bahwa fasilitas yang dimiliki rumah sakit tersebut dilengkapi dengan tim dokter bedah, spesialis, anestesi dan staf medis lain yang sangat memadai sehingga pihaknya sudah siap untuk menerima Presiden Horta. Mengutip sumber-sumber pemerintah di Dili, media Australia menyebutkan luka tembak yang diderita peraih Hadiah Nobel Perdamaian tahun 1996 bersama Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo itu tergolong "serius." Gubernur Jenderal Australia, Mayor Jenderal Michael Jeffery, menyebut bahwa insiden tersebut sebagai peristiwa "yang sangat menyedihkan" dan mendoakan kesembuhan segera bagi Ramos Horta. "Berita itu sangat menyedihkan dan saya berharap Horta segera sembuh," katanya kepada Radio Fairfax. Sementara itu, pengamat masalah Timor Timur dari Universitas Deakin, Prof Damien Kingsbury, berpendapat bahwa serangan kelompok Alfredo Reinado itu dapat memicu terjadinya "protes, kerusuhan, dan destabilisasi" segera setelah informasinya diumumkan ke masyarakat Dili. Dalam serangan Senin dinihari itu, Alfredo Reinado dilaporkan tewas, dan seorang prajurit di negara kecil yang meminta dukungan perlindungan militer Australia itu menderita luka serius. Pertikaian berdarah antar-faksi di negara itu yang terjadi sejak dua tahun lalu, telah menewaskan 37 orang dan menyebabkan 155 ribu warga meninggalkan rumah mereka. Pemerintah Timor Leste pun meminta bantuan tentara asing untuk memulihkan stabilitas. Pada 14 Desember 2007, Perdana Menteri Australia, Kevin Rudd menyempatkan diri mengunjungi Dili. Dalam kunjungan resmi pertamanya selaku perdana menteri baru Australia itu, ia memastikan kesediaan Australia untuk terus mendukung keamanan Timor Leste. Selama kunjungannya di Dili yang dilakukannya dalam perjalanan pulang ke negaranya setelah menghadiri Konferensi PBB tentang perubahan iklim di Denpasar, Bali, itu, PM Rudd sempat bertemu PM Timor Leste, Xanana Gusmao, dan Presiden Jose Ramos Horta. Ketika itu, Pemerintah Timor Leste meminta komitmen Australia untuk mempertahankan pasukannya di negara itu hingga 2008. Kendati tidak memberikan kerangka waktu, PM Rudd berjanji melanjutkan tawaran bantuan pemerintahnya kepada Timor Lester untuk memenuhi kebutuhan keamanan negara miskin itu. Pada November 2007, seorang tentara Australia tewas dengan satu luka tembak di sebuah barak militer di kota Dili. Permintaan Pemerintah Timor Leste kepada Australia untuk mempertahankan pasukannya di sana merupakan yang kedua kali setelah pada kunjungan (mantan) PM John Howard ke negara itu Juli lalu, Presiden Horta juga menyampaikan hal yang sama. Presiden Horta saat itu meminta Australia untuk tetap mempertahankan pasukannya hingga akhir 2008. Pasukan Australia telah berada di Timor Leste sejak Mei 2006 ketika terjadinya bentrokan berdarah di jalanan. Atas permintaan Dili, ribuan anggota pasukan perdamaian internasional yang dipimpin kontingen Australia dikirim ke Timor Leste untuk membendung aksi kekerasan tersebut. Australia menempatkan sedikit-dikitnya 900 personel. Timor Leste adalah negara yang selama ini dilaporkan memiliki potensi minyak dan gas itu menghadapi tantangan sosial dan ekonomi sangat berat, dan sebagian besar rakyatnya masih hidup dalam kemiskinan. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2008