Sumenep, Madura (ANTARA) - Pada sampel darah yang diambil dari 1.000 warga Desa Pegerungan Kecil, Kecamatan Sapeken, Sumenep, Madura, Jatim, darah 200 orang diantaranya dinyatakan terserang virus akibat gigitan nyamuk anophless yang menyebabkan penyakit malaria. Berdasarkan penemuan itu, Dinas Kesehatan daerah setempat menyatakan kondisi tersebut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Kabid Pemberantasan dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Sumenep, dr Samsu Hadi Widjojo, Senin mengatakan, munculnya wabah malaria sebenarnya sudah dilaporkan sejak akhir tahun 2007 lalu, dan setelah dilakukan tes sampel darah ternyata positif sebagian warga terjangkit. "Dalam perkembangnnya, kasus malaria itu ternyata menyerang ratusan warga lainnya," katanya. Kasus malaria tahun 2008 ini, sambungnya, merupakan yang terbanyak selama dua tahun terakhir, sehingga masuk kategori kejadian luar biasa. "Dari 200 warga yang positif, delapan diantaranya sangat berat," katanya. Upaya penanganan dari petugas kesehatan setempat, selain mengoptimalkan pusat pembantu kesehatan (pustu) di desa setempat juga petugas Puskesmas Sapeken melayani 24 jam terhadap warga yang terjangkit malaria yang mengeluh kedinginan hingga menggigil. Selain melakukan pengobatan, kata dia, Dinkes telah menerjunkan petugas penyemprotan terlatih guna membasmi sarang nyamuk yang diduga bersumber dari bekas galian pipa milik pengebor migas yang dilakukan oleh EMP Kangean Ltd yang saat ini diganti Kangean Energi Indonesia (KEI) Sementara, Wakil Bupati Sumenep, Moh Dahlan mengaku telah mengirim surat kepada KEI agar membantu masyarakat yang terjangkit malaria akibat kubangan pipa pengeboran migas yang jaraknya berdekatan dengan pemukiman penduduk tersebut. "Atas nama Pemkab, kami telah mengirim surat pada KEI agar ikut membantu warga yang terjangkit malaria itu," katanya. Namun demikian, kata dia, jawaban surat yang dari KEI, untuk membantu warga yang terjangkit malaria perlu persetujuan dari BP Migas. "Jadi, hingga saat ini belum ada kepastian apakah KEI itu akan membantu warga dalam pengobatannya," katanya. Sedangkan seluruh pembiayaan pengobatan termasuk usaha penyemprotan yang dilakukkan selama ini dananya murni dari Pemkab Sumenep.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2008