Sidoarjo (ANTARA News) - Warga Desa Besuki Kecamatan Jabon, Sidoarjo, Jatim, yang rumahnya tenggelam air lumpur Lapindo akibat jebolnya tanggul penahan lumpur di titik KM 40, menolak dana kebersihan Rp500 ribu setiap rumah. Informasi yang dihimpun ANTARA News, Selasa menyebutkan, warga memilih bertahan menginap di eks tol Porong Km 39, dan membiarkan lumpur merendam rumahnya, karena mereka mulai kesal dan frustrasi. Meski lumpur mulai surut, namun warga enggan membersihkan lumpur. Mereka memilih bertahan di tenda-tenda yang disediakan Dinas Sosial sampai tuntutan agar kawasan itu dimasukkan peta terdampak dipenuhi. Bahkan, mereka berencana menolak bantuan uang kebersihan senilai Rp500 ribu per rumah. "Uang Rp 500 ribu, hanya bisa dibuat beli permen saja dan tidak cukup untuk bersih-bersih rumah. Warga sudah sepakat untuk menolak bantuan uang kebersihan itu dan menuntut minta wilayahnya dimasukkan peta terdampak lumpur," kata M Yasin, warga RT1/RW5 Desa Besuki. Pengakuan sama juga diungkapkan Suparto warga Dusun Besuk, Desa Besuki lainnya. Menurut dia, alasan warga tidak bersedia menerima uang kebersihan, lantaran sudah frustrasi dengan jebolnya tanggul yang sudah merendam rumahnya. "Sudah tiga kali rumah kami terendam lumpur, sehingga lebih baik dibiarkan saja menggenangi rumahnya. Mau dibersihkan gimana lagi, kalau kondisi rumah dan perabotan sudah banyak yang rusak," katanya. Sebelumnya, warga Besuki minta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo dan Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) agar wilayahnya dimasukkan dalam peta terdampak langsung luapan lumpur Lapindo. Dalam Perpres No 14/2007, Desa Besuki memang belum termasuk daerah yang terdampak luapan lumpur, sehingga tidak mendapat ganti rugi dari Lapindo Brantas Inc. Bupati Sidoarjo Win Hendrarso dan Gubernur Jatim Imam Utomo mengirimkan usulan kepada Dewan Pengarah BPLS dan pemerintah pusat untuk memasukkan Desa Besuki dan Desa Siring Barat Porong ke dalam peta terdampak lumpur.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008