Medan (ANTARA News) - Kalangan remaja, khususnya yang beragama Islam, harus mewaspadai fenomena "Valentine Day" yang sering dikonotasikan dengan melakukan perbuatan yang berkaitan dengan seks. Fenomena itu yang menyebabkan Valentine Day sering diharamkan para ulama di negeri ini, kata pengamat sosial, Drs. Ahmad Ramadhan, MA di Medan, Rabu, ketika ditanya mengenai Hari Valentine. Menurut dia, perayaan Valentine Day adalah budaya Barat yang awalnya bertujuan baik karena bermaksud mengikat persaudaraan dan silaturahmi. Namun di negara Barat sendiri Valentine Day juga mengalami pergeseran nilai di kalangan remajanya, dengan mengindentikkannya sebagai ungkapan cinta kasih kepada pasangan yang sangat erat kaitannya dengan seks. Bahkan, katanya, remaja di Indonesia yang terlalu mengagungkan budaya Barat itu meniru fenomena tersebut tanpa mampu menyaringnya, sehingga negara kita dikenal sebagai "tukang tiru" budaya Barat. Ia menjelaskan, fenomena Valentine Day yang dikaitkan dengan seks bukan hal tabu di negara Barat, karena budaya mereka tidak melarang hal seperti ini. Namun hal tersebut tidak sesuai dengan budaya Indonesia yang masih menjunjung tinggi adat ketimuran dan norma agama. Dikatakannya, seharusnya Valentine Day dirayakan dengan wajar tanpa melanggar adat budaya dan norma agama. Hari kasih sayang itu boleh saja dirayakan dan tidak menyimpang dari aturan yang berlaku. "Namun jika dirayakan dengan ambisi "umbar syahwat", maka Valentine Day haram hukumnya," ujar Dosen Fakultas Syariah (Hukum Islam) IAIN Sumut tersebut. (*)

Pewarta: anton
COPYRIGHT © ANTARA 2008