Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina menderita kerugian setidaknya sebesar Rp4,5 triliun per tahun akibat menjual LPG ukuran 12 kg, termasuk LPG untuk industri, di bawah harga jual perekonomian alias mensubsidi sebesar lebih dari Rp4.000 per kg. "LPG ukuran tersebut menjadi beban Pertamina karena harus dijual dengan harga di bawah perekonomian," kata Deputi Direktur Pemasaran PT Pertamina, Hanung Budya, di Jakarta, Rabu. Ia mengatakan LPG di pasaran idealnya dijual dengan harga Rp9.000 per kg. Namun, hingga kini pihaknya masih menjual dengan harga di bawah itu yaitu sekitar Rp4.500 per kg sehingga terpaksa harus mensubsidi LPG untuk ukuran 12 kg dan LPG industri mencapai Rp4.000 per kg. "Ini sesuatu yang tidak sehat di mana subsidi dilakukan oleh BUMN," katanya. Akibatnya, Pertamina harus menanggung kerugian mencapai Rp4,5 triliun per tahun. Oleh karena itu, Pertamina mengusulkan kepada pemerintah agar mengupayakan untuk mengurangi kerugian tersebut secara bertahap. "Sementara di lain pihak kita diberi tugas untuk melaksanakan program konversi energi," katanya. Untuk program konversi dari minyak tanah ke gas, subsidi sebesar Rp4.000 per kg gas ditanggung oleh pemerintah. Pada 2008, pihaknya menargetkan mampu mendistribusikan paket perdana kompor gas kepada 15 juta kepala keluarga untuk menghemat 3-3,5 juta kilo liter minyak tanah. Pertamina saat ini memasarkan produk BBM subsidi dan non subsidi total sebesar 60 juta kilo liter per tahun.(*)

Editor: Heru Purwanto
COPYRIGHT © ANTARA 2008