Kupang (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang, Dr. Ahmad Atang, MSi menilai, hasil pilpres dengan kemenangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin menegaskan bahwa, beroperasinya politik identitas tidak cukup kuat digunakan dalam Pilpres 2019.

"Memang ada problem ideologis karena menguatnya politik identitas yang dieksploitasi secara masif melalui isu SARA, tetapi hasil pilpres dengan kemenangan 01 menegaskan bahwa, beroperasinya politik identitas tidak cukup kuat digunakan dalam pilpres sekarang," kata Ahmad Atang kepada Antara di Kupang, Senin.

Dia mengemukakan pandangan itu, berkaitan dengan menguatnya politik identitas dalam kontestasi pilpres dan dampaknya terhadap hasil Pilpres 2019.

Baca juga: Pengamat perkirakan pascapemilu 2019 politik identitas akan menguat

Menurut dia, fakta politik telah memberikan pelajaran bahwa perbedaan dan keterbelaan masyarakat hanya muncul di proses, namun akan meredah setelah diketahui hasilnya.

Keyakinan ini didasarkan pada kenyataan sosiologis bahwa, politik paternalistik sangat berpengaruh terhadap resolusi sosial di akar rumput, kata Ahmad Atang.

Baca juga: JK: Kedua capres memang gunakan strategi Islami

"Ini yang kemudian seolah-olah ada yang merasa kalah dan dikalahkan sehingga secara psikologis ada beban sejarah," katanya.

Kondisi tersebut tergambar dari belum siapnya kekuatan politik aliran menerima keputusan Mahkamah Konstitusi (MK), dengan kekalahan paslon 02 sebagai simbol perjuangan.

"Terlepas dari itu, apabila kelompok ini masih mencari cara dengan gerakan rakyat, maka menjadi tugasnya aparat keamanan untuk menanganinya," katanya.

Baca juga: Kontradiksi politik identitas dan sekularisme





 

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Edy Sujatmiko
COPYRIGHT © ANTARA 2019