Sidoarjo (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) menganggap terlalu dini pernyataan Tim Pemantau Gas, Fergaco Indonesia, yang merekomendasikan pengosongan kawasan Siring Barat, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, karena kawasan itu mengandung kadar gas yang mudah terbakar. Hubungan Masyarakat (Humas) BPLS, Ahmad Zulkarnain, di Sidoarjo, Kamis, mengatakan bahwa pihaknya sudah bekerjasama dengan Badan Geologi di Departemen Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan penelitian dengan kedalaman 30 meter untuk mengetahui kontur tanah dan terjadinya pergeseran tanah di kawasan itu. Selain itu, BPLS juga bekerjasama dengan Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) untuk melihat ambang batas gas yang keluar dari semburan "bubble" yang banyak bermunculan di Siring Barat. "Hasilnya masih belum diketahui. Karena itu, kami belum merekomendasikan kawasan Siring Barat untuk dikosongkan," katanya. Menurut dia, dengan melakukan penelitian itu, BPLS akan mengetahui kondisi kawasan itu lebih detail dan seberapa jauh terjadinya subsidence (penurunan tanah) di kawasan itu. "Fergaco boleh-boleh saja menyatakan gas yang keluar di kawasan Siring Barat sudah di atas ambang batas Low Explosit Limit (LEL). Namun, sifat gas yang keluar dari bubble itu sangat fluktuatif. Kadang kandungannya meningkat, kadang kala menurun," katanya. Pihaknya masih menunggu hasil penelitian Tim Geologi dan KLH, terkait kondisi Siring Barat. "Kami terus memantau perkembangan kondisi Siring Barat, sekaligus memberi pemahaman kepada warga agar tidak resah dan merasa aman tinggal di kawasan itu," katanya. Sebelumnya, Tim Fergaco Indonesia selaku pemantau dan pengawas gas di Sidoarjo mengirimkan surat ke BPLS isinya merekomendasikan pengosongan Siring Barat, karena kawasan itu dinilai sudah tidak layak huni, khususnya RT12 dan RW 2. "Kadar gas yang mudah terbakar di perumahan warga sudah mencapai 77 persen. Kondisi itu menunjukkan sudah tidak aman," kata Dodie Ernawan, anggota tim Fergaco Indonesia. (*)

Pewarta: priya
Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2008