Jakarta (ANTARA) - Sejumlah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) membuka kelas "pesanan" industri untuk menggenjot keterserapan lulusan ke dunia kerja, seperti dilakukan SMK Negeri 26 Jakarta.

"Sekitar 70 persen lulusan sekolah kami sudah dipesan industri sebelum lulus. Mereka langsung mendapatkan surat keputusan (SK) kerja setelah lulus," kata Kepala SMK Negeri 26 Jakarta Purwosusilo di Jakarta, Rabu.

Ia menyebutkan kelas-kelas industri itu disesuaikan dengan kebutuhan dan permintaan industri yang bermitra, misalnya kelas PLN dan kelas Wijaya Karya (Wika).

Untuk 30 persen lulusan lainnya, kata dia, harus melewati masa tunggu, artinya tenggat waktu mereka harus berkompetisi untuk masuk ke dunia kerja setelah lulus sekolah.

"Masa tunggunya tidak terlalu lama, paling 1-3 bulan. Kalau yang 70 persen tadi kan waktu tunggunya nol bulan," katanya.

Setiap tahun, SMK yang menerapkan pola pembelajaran selama empat tahun itu menerima dan meluluskan rata-rata sekitar 355 siswa.

Ia mengatakan pembelajaran kelas industri menerapkan kurikulum yang disesuaikan dengan industri, misalnya otomotif dipastikan sesuai dengan permintaan dan standar industri otomotif.

Biasanya, kata Purwosusilo, sekolah menyodorkan skema pembelajaran di kelas tersebut kepada industri yang bersangkutan sebelum diaplikasikan dalam pembelajaran.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Ratiyono mengatakan SMK memang didorong untuk bekerja sama dengan industri untuk membuka kelas khusus.

"Hampir semua SMK di Jakarta, khususnya yang jurusan teknik sudah membuka kelas industri, seperti jurusan mesin, las, dan sebagainya," katanya.

Nama kelas industri di SMK, kata dia, biasanya disesuaikan dengan industri yang menjadi mitranya, misalnya kelas Suzuki dan kelas Komatsu.

Dengan menjadikan industri sebagai mitranya, kata dia, keterserapan lulusan sekolah kejuruan ke industri semakin meningkat, sejalan dengan program revitalisasi SMK.

Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, saat ini setidaknya 2.700 SMK telah bekerja sama dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI).

Pada 2019, Kemendikbud akan melakukan kerja sama DUDI di 1.330 sekolah dengan sertifikasi siswa SMK sebanyak 50.000 siswa, "teaching factory" 500 sekolah, penambahan ruang praktik siswa 1.407 ruang.

Selain itu, peningkatan kompetensi dan pelatihan 15.000 orang dan peningkatan kompetensi guru mata pelajaran pendukung vokasi 3.279 orang.

Baca juga: Bagi Pertamina, "kelas dunia" bukan sekadar jargon dan wacana
Baca juga: WIKA Gedung luncurkan apartemen kelas menengah di Karawang
Baca juga: Indonesia cukup "seksi" untuk industri otomotif

 

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: M. Hari Atmoko
COPYRIGHT © ANTARA 2019