Singapura (ANTARA News) - Kawasan Asia Pasifik akan menjadi wilayah persaingan utama pabrik pesawat terbang kenamaan, Airbus dan Boeing dalam 20 tahun mendatang karena meningkatnya perekonomian di kawasan ini, kata sejumlah eksekutif, Rabu. Dua maskapai penerbangan itu memperkuat posisinya di kawasan ini, yang mereka katakan mungkin akan menggantikan Amerika Serikat dan Eropa sebagai pasar penerbangan terbesar di dunia. "Pada abad ke-21, kami mempunyai kebijakan. Pada dasarnya, Boeing dan Airbus berbagi pasar 50-50. Itu keadaan yang sangat menarik dan stabil," kata John Leahy, direktur operasi dan pelayanan atas konsumen Airbus. Ia mengatakan, terdapat keuntungan yang cukup bagi dua maskapai penerbangan ini untuk berbagi keuntungan pada saat pasar pesawat terbang di dunia internasional telah tumbuh sejak tahun 1970. "Ini meningkat dua kali lipat setiap 15 tahun... dan akan terus meningkat dua kali lipat setiap 15 tahun di masa datang," katanya pada Pameran Dirgantara di Singapura seperti dikutip AFP. Asia diharapkan sebanyak sepertiga dari lalulintas udara pada tahun 2020, meningkat dari 25 persen baru-baru ini, melebihi Amerika Serikat dan Eropa. Andil pasar AS diramalkan turun ke 24 persen dari 31 persen dan Eropa juga turun ke 27 persen. "Ini sebuah pasar yang akan tumbuh cukup cepat," kata Leahy, yang tak ada di sana 5,6 miliar orang ada di negara-negara berkembang, yang sebagian besar di Asia, berbanding dengan hanya 1,0 miliar orang di negara-negara maju. Dari 3.600 pesawat Airbus yang belum dikerjakan, 52 persen dipesan dari negara-negara berkembang, katanya. "Kami beruntung dalam pasar yang tumbuh ini." Boeing juga beruntung, dan pada pameran dirgantara ini, pesanan besar-besaran oleh dua maskapai penerbangan Indonesia. Maskapai penerbangan bertarif murah, Lion Air memesan 56 pesawat Boeing 737-900ER dan berhak membeli 50 lainnya. Armada pesawat 737-900ER-nya meningkat berjumlah 178, dan Boeing mengatakan maskapai penerbangan ini kini merupakan operator pesawat terbang yang terbesar di dunia. Garuda memesan 10 pesawat Boeing 777-300ER untuk memperluas jalur penerbangan internasionalnya, dengan mengatakan bahwa empat pesawat terbang merupakan pembelian baru senilai lebih dari satu miliar dolar AS dalam harga daftar, adapun enam pesawat lainnya merupakan pesanan sebelumnya yang diubah untuk pesawat B777-200s. Dinesh Keskar, Wakil Direktur Pemasaran, mengatakan Asia Selatan dan Tenggara diperkirakan memesan lebih dari 3.000 pesawat senilai 103 miliar dolar AS dalam 20 tahun, dengan India, Indonesia dan Malaysia yang merupakan poros penggerak pertumbuhan utama. Ia mengatakan, 1.940 pesawat diharapkan diserahkan ke Asia Tenggara dan 1.067 lainnya di Asia Barat Daya, dengan sebagian besar ke pasar India yang meningkat. Sebagian besar pesanan merupakan pesawat yang berlorong tunggal yang lebih disukai oleh maskapai-maskapai penerbangan bertarif murah, yang berkembang dengan pesat. Penyerahan pesawat ke Malaysia dan Indonesia pada masa datang diperkirakan mencapai 740 pesawat baru, atau kurang lebih 38 persen dari jumlah pesawat di Asia Tenggara. India akan memperkuat peningkatan ini di Asia Barat Daya setelah deregulasi industri penerbangan, dengan orang-orang yang biasanya menumpang kereta api memasuki keadaan yang mana mereka berusaha bepergian dengan menumpang pesawat, katanya. India diperkirakan menerima 911 pesawat senilai 86 miliar dolar dalam 20 tahun mendatang, 74 persen dari pesawat-pesawat tersebut adalah pesawat berlorong satu. Keskar mengatakan, Boeing memimpin saingan Eropa-nya di India setelah memonopoli 53 persen dari pengiriman pesawat barunya tahun lalu adapun Airbus memperoleh 47 persen. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2008