Guatemala City (ANTARA News) - Ratusan petani yang marah telah menyandera 29 polisi di sebuah desa terpencil di Guatemala, untuk meminta pembebasan seorang pemimpin Maya yang ditangkap karena menyerbu tanah, kata pejabat Jumat. Pera pekerja hak asasi manusia sedang berusaha untuk membicarakan pembebasan polisi yang telah ditahan selama lebih dari 24 jam di sebuah kota pantai Karibea di Guatemala yang dapat dicapai hanya dengan perahu itu. Petani itu minta pembebasan Ramiro Choc, yang ditangkap pekan lalu karena secara tidak sah menyerbu tanah. "Pemerintah menginginkan pembicaraan tapi higga mereka membebaskan rekan kami, kami tidak akan membiarkan polisi pergi," Santiago Col, seorang pemimpin unjuk rasa mengatakan pada radio setempat. Balabantuan polisi telah dikirim ke sungai di hutan yang berkelak-kelok di negara bagian Izabal dan menteri dalam negeri Guatemala mengatakan para petani itu akan dituduh karena penculikan jika mereka tidak membolehkan polisi pergi. Hampir separuh penduduk Guatemala adalah pribumi, banyak dari mereka adalah petani tanpa tanah yang sering menyerang tanah untuk pertanian bagi penyambung hidup. Sengketa tanah merupakan salah satu katalisator bagi perang saudara 1960-1996 di negara itu antara gerilyawan sayap kiri dan pemerintah, yang telah menyebabkan sekitar 250.000 orang tewas atau hilang. Presiden negara itu yang condong ke kiri Alvaro Colom, telah berjanji untuk mengurangi kemiskinan dan kekerasan tapi beberapa pekan pertamanya dalam pemerintah telah menghadapi persoalan kejahatan teratur, demikian laporan Reuters menyebutkan.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2008