Banda Aceh (ANTARA News) - Seekor gajah Sumatera (Elephas Maximus Sumatranus) yang telah mengobrak-abrak tanaman padi dan kelapa rakyat di kawasan Desa Alue Pande, Kecamatan Panga, Kabupaten Aceh, sejak dua pekan lalu, hingga kini masih bertahan di daerah itu. "Upaya pengusiran secara tradisional (bola api-red) sudak kami lakukan, namun satwa liar dilindungi itu tidak beranjak, kini hektaran tanaman padi dan kelapa rakyat telah rusak," kata Kepala Mukim Panga Pasi, Kecamatan Panga, Aceh Jaya, M. Yunus AR kepada ANTARA di Banda Aceh, Sabtu. Gajah tunggal yang memiliki gading sepanjang hampir satu meter itu mulai turun ke Alue Pande sekitar pekan kedua Februari 2008, sehingga hektaran tanaman padi rakyat yang sedang berbuah dan ratusan pohon kelapa telah rusak. Kehadiran binatang ini meresahkan masyarakat dipinggiran hutan Aceh Jaya ini. "Yang meresahkan masyarakat petani tradisional itu, gajah tunggal tersebut akhir-akhir ini semakin berani dan para petani yang mencoba menghalau ke habitatnya sudah beberapa diserang gajah, namun mereka berhasil menyelamatkan diri," tambah M. Yunus AR. Gangguan gajah terhadap tanaman pertanian dan perkebunan rakyat di wilayah Panga akhir-akhir ini sudah beberapa kali terjadi. Pertama , awal Januari 2008 sekawanan gajah yang berjumlah delapan ekor mengobrak-abrik hektaran tanaman rakyat di wilayah hutan Panga. "Saya memperkirakan, hektaran tanaman padi rakyat musim tahun 2008 di wilayah Desa Alue Pande dipastikan gagal panen karena diobrak-abrik gajah," katanya. Masyarakat petani di Alue Pande, kini mengharapkan adanya tim dari Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh segera turun ke daerah mereka untuk mebantu petani menghalau gajah liar tersebut kembali ke habitatnya, sebelum kerusakan tanaman padi lebih luas serta korban jiwa manusia. "Kami sudah kewalahan menghadapi gangguan gajah liar tersebut, sementara aparat dari BKSDA Aceh sepertinya terus membiarkan penderitaan para petani di Alue Pande, Kecamatan Panga, Kabupaten Aceh Jaya," katanya. Gangguan gajah di daerah itu, kata M. Yunus AR, telah pernah dilaporkan kepada Pemerintah Aceh Jaya melalui Dinas Perkebunan dan Kehutanan setempat, baik secara lisan maupun tertulis sudah lebih sebulan lalu. . Namun sampai saat ini, belum ada aparatinstansi berwenang turun ke lapangan.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2008