Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian, Boediono, menilai bahwa kinerja industri manufaktur saat ini masih belum memadai dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Sektor ini belum memadai untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Sektor ini belum menyamai pertumbuhan sebelum krisis dimana pertumbuhan manufaktur selalu lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonominya," katanya di Jakarta, Rabu. Dengan tingginya sektor manufaktur sebelum krisis tersebut, menurut dia, membuat pertumbuhan ekonomi mampu terus berada di atas 7 persen selama 30 tahun. "Suatu prestasi di bidang perekonomian," katanya. Menurut dia, sektor manufaktur sangat penting bagi perekonomian karena mampu menciptakan lapangan kerja sehingga menyerap tenaga kerja untuk mengurangi jumlah pengangguran. Ia mengatakan, sektor ini menyerap tenaga kerja secara masif (padat karya) yang produktif. "Artinya, sangat berbeda dengan hanya padat karya, kalau padat karya saja misalnya untuk menggarap satu hektar tanah, agar menyerap tenaga kerja yang banyak bisa saja diminta tidak menggunakan traktor atau cangkul, tetapi sendok, sehingga tenaga kerja yang terserap lebih banyak. 'Kan ini tidak mungkin," katanya. Ciri kedua dari industri manufaktur, katanya, adalah sumber dari nilai tambah, sehingga bahan-bahan mentah yang banyak tersedia di Indonesia dapat diolah menjadi barang yang bernilai tambah bagi perekonomian. Selain itu, menurut dia, industri manufaktur memiliki kemampuan untuk menciptakan inovasi teknologi baru. "Dan ini bisa menjadi sumber nilai tambah," katanya. Dari ciri tersebut, menurut Boediono, sektor manufaktura sangat penting bagi perekonomian nasional. "Karena, masalah kita saat ini adalah penciptaan lapangan kerja dan pendapatan yang rendah," katanya. Boediono mengatakan, di industri manufaktur saat ini trennya lebih digerakan oleh jaringan produksi global, di mana suatu negara tidak lagi memproduksi semua komponen dan menyelesaikannya hingga menjadi barang jadi. "Artinya, misalnya, bagian ini diproduksi di negara A, bagian itu diproduksi di negara B, kemudian bagian lainnya diproduksi oleh negara C, kemudian perakitannya di lakukan di negara D," katanya. Tren semacam itu, menurut dia, karena melihat sisi ekonomis suatu negara untuk memproduksi, sehingga setiap negara saat ini berupaya memperbaiki prasarana logistik. "Kita perlu meningkatkan sektor logistik agar tidak ketinggalan dengan negara lainnya. Sektor logistik, misalnya infrastruktur jalan, pelabuhan dan sebagainya, sehingga membuat negara kita efektif dan efisien," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2008