Jakarta (ANTARA News) - Penggunaan obat generik dalam pelayanan kesehatan cenderung menurun dalam tujuh tahun terakhir. Menurut Ketua Majelis Kode Etik Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi Indonesia M Syamsul Arifin di Jakarta, Rabu, penurunan itu antara lain terlihat dari tren penurunan pangsa pasar obat generik dalam tujuh tahun terakhir. Ia menjelaskan, meski nilainya setiap tahun bertambah seiring peningkatan pasar obat secara keseluruhan namun persentase kontribusi pasar obat generik terhadap total pasar obat justru cenderung menurun. Tahun 2001 kontribusi pasar obat generik 12 persen dari total pasar obat yang kala itu nilainya Rp12,85 triliun. Selanjutnya persentase kontribusi pasar obat generik setiap tahun turun dan pada 2007 hanya sekitar 7,23 persen dari total pasar obat yang nilainya diperkirakan Rp24,827 triliun. Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Fachmi Idris pun mengatakan pemasyarakatan penggunaan obat generik belum berdampak nyata terhadap peningkatan penggunaan obat generik. "Belakangan ini pamor obat generik terkesan menurun. Unit pelayanan pemerintah tak lagi antusias menggunakan obat generik, apotek tidak menyediakan obat generik secara lengkap, beberapa praktisi medis juga menilai beberapa jenis obat generik kurang efektif," katanya. Menurut Arifin, penurunan itu tidak terjadi karena harga obat generik dari tahun ke tahun semakin murah. "Harga murah tidak bisa menjamin penjualan dan ketersediaan obat generik karena permintaannya ditentukan oleh penulis resep, bukan oleh pasien," katanya. Permasalahan obat generik, kata dia, lebih banyak terjadi karena promosi obat bermerek sangat gencar dan hal itu berpengaruh terhadap penulisan resep obat dan perilaku dokter. Ia menjelaskan pula bahwa hingga saat ini kualitas obat generik kurang dipercaya oleh dokter selaku penulis resep dan masyarakat selaku pengguna. "Sementara pemerintah kurang aktif dalam mempromosikan obat generik," katanya. Di samping itu, ia melanjutkan, pemerintah juga tidak memberikan insentif bagi industri farmasi dan apotek yang memroduksi dan menjual obat generik. "Padahal dalam distribusi dan pelayanan, obat generik tidak memberikan keuntungan wajar, produksi beberapa jenis obat bahkan merugi. Produsen obat generik juga masih dituntut menjual dengan harga yang sangat rendah," katanya. Guna mengatasi masalah itu, menurut dia, pemerintah perlu melakukan langkah strategis untuk membenahi dan menata kebijakan obat serta merasionalkan harga obat dengan mekanisme yang tepat.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008