Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) meyakinkan kepada para nasabah perbankan yang menggunakan kartu kredit, agar tidak perlu was-was karena kasus pemalsuan kartu kredit telah ditangani. "Bagi pengguna kartu kredit tak perlu panik, sudah diamankan," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Budi Rochadi, di Jakarta, Kamis. Ia menghimbau kepada pengguna kartu kredit untuk selalu memeriksa tagihan yang datang. "Bila tagihan datang tolong diperiksa, bila ada yang ganjil laporkan kepada bank," katanya. Belum lama ini, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) berhasil membekuk sindikat internasional pemalsu kartu kredit yang diperkirakan membuat kerugian hingga triliunan rupiah. Hal ini setelah sindikat tersebut berhasil menyadap 2,2 juta nama pemilik kartu kredit. Direktur Akunting dan Sistem Pembayaran BI, Dyah MK Makhijani, mengatakan bahwa baru sekira 9.000 kartu palsu yang telah diidentifikasi digunakan untuk transaksi. Ia mengemukakan, kartu kredit yang dipalsu berasal dari semua bank. BI saat ini telah melakukan langkah-langkah dengan berkoordinasi secara lebih erat dengan bank, prinsipal, seperti Visa, Mastercard dan Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI). Selain itu, BI juga meningkatkan pengawasan perbankan, terutama dibawah direktorat investigasi dan mediasi dengan melakukan peninjauan terhadap sistem, cara kerja dan organisasi dari penanganan kartu kredit. BI, menurut dia, juga terus mempererat koordinasi dengan kepolisian dan kejaksaan. Sementara langkah-langkah pengendalian lainnya dilakukan BI. Ia mengatakan, dalam melakukan penanganan tersebut dimungkinkan akan adanya pemblokiran dan terganggunya transaksi yang dilakukan oleh pemilik kartu kredit. "Tapi, ini demi kebaikan bersama, untuk keamanan para pemilik kartu kredit," katanya. Anggota Dewan Eksekutif AKKI Budi Setiawan mengatakan pihak perbankan terus mengembangkan pengawasan dan siap untuk melayani keluhan. "Bila tidak ada keluhan berarti tidak ada masalah, tetapi bila ada yang ganjil perbankan siap untuk melakukan usaha yang diperlukan," katanya menambahkan. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2008