Bengkulu (ANTARA News) - Rentetan gempa yang melanda Bengkulu sepekan terakhir terjadi antara lain karena kultur lempengan bumi yang ada di samudera wilayah Bengkulu-Sumatera Barat yang umumnya rapuh, berbeda dengan lempengan di wilayah Aceh yang terdiri dari bebatuan keras. Oleh karenanya, gempa di sekitar lempeng itu memiliki karakter bersusulan. Setiap kali ada gempa dangkal diatas 6 skala richter akam terjadi gempa susulan yang lokasinya tidak berjauhan, kata Koordinator Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Bengkulu Fahmiza, ketika diwawancarai di Bengkulu, Sabtu. Ia mencontohkan, sebelum gempa berkekuatan 7,2 SR pada Senin (25/2) awal pekan ini, terjadi beberapa gempa dengan kekuatan rata-rata diatas 5 SR, kemudian setelah itu juga terjadi gempa berturut-turut dengan jarak berdekatan. Namun rapuhnya patahan yang ada di wilayah Bengkulu-Sumbar itu diharapkan tidak menimbulkan gelombang tusnami jika terjadi gempa, sebab wilayah ini pernah dihantam gempa besar 7,3 SR pada 2000 dan 7,9 SR pada 2007, tapi tidak terjadi tsunami. Fahmiza mengharapkan agar warga Bengkulu bisa membaca kondisi alam, karena daerah ini merupakan salah satu daerah rawan gempa di Sumatera, dan dengan bisa membaca kondisi alam, masyarakat tidak akan panik jika terjadi gempa. Berdasarkan penelitian ahli, katanya, lempengan yang ada di wilayah Aceh terdiri atas cadas batu yang sangat keras, sehingga sangat sedikit mengeluarkan getaran, akibat tertahan oleh bebatauan itu, namun bila bebataun itu patah, panjang dan lebarnya tidak tanggung-tanggung mencapai ribuan kilometer. Untuk meminimalisir korban dan kesiapan menghadapi gempa, katanya, pihak BMG tengah berupaya agar warga Bengkulu bisa mengetahui gempa secara cepat apabila ada goncangan gempa melalui telepon genggam (HP). "Kita berharap setiap pemilik HP bisa langsung mendapat informasi ketika terjadi gempa, sehingga mereka lebih siap," katanya. Menurut dia, untuk merealisir informasi gempa melalui HP itu, pernah dilakukan pertemuan antara pemerintah daerah dengan operator jaringan ponsel se-Bengkulu, namun menemui jalan buntu wakilnya di daerah tidak bisa mengabil keputusan dan harus mendapat persetujuan pusat. Kecepatan dalam memberikan dan memperoleh informasi mengenai bencana melalui HP merupakan salah satu langkah penyelamatan, terutama bagi bagi warga yang berdomisili di wilayah rawan gempa dan tsunami.(*)

Pewarta: surya
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2008