Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengharapkan masyarakat agar lebih memilih pengobatan di dalam negeri, seiring dengan semakin membaiknya teknologi kesehatan di dalam negeri. "Presiden berpendapat tidak perlu orang Indonesia terlalu banyak berobat di luar negeri, dengan semakin baiknya fasilitas di negeri kita," kata Jurubicara Kepresidenan Dino Pati Djalal, dalam konferensi pers di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Selasa, usai Presiden Yudhoyono menerima kunjungan peraih Nobel Kesehatan 2005 Prof. Dr. Barry J. Marshall dari Australia. Dino menambahkan, Presiden ingin melihat lebih banyak kontak antara peneliti dan praktisi di dalam negeri dengan rekan mereka di luar negeri. "Presiden juga menyampaikan penghargaan atas inisiatif dari sektor swasta yang secara khusus membangun fasilitas kesehatan masyarakat," paparnya. Sementara itu, Barry J Marshall mengatakan kombinasi antara penelitian, pengajaran dan praktek pelayanan serta pengembangan teknologi kesehatan merupakan kombinasi yang tepat untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan. "Dengan perkembangan yang ada, saya juga menilai sangat optimistis bahwa Indonesia dapat memperbaiki kualitas layanan kesehatan," paparnya. Ia menyatakan kolaborasi diharapkan di masa yang akan datang dapat terwujud dengan pertukaran ilmu antara mahasiswa dengan peneliti muda secara internasional "Dengan adanya kerjasama saya menjadi dosen tamu, maka akan lebih sering lagi ke Jakarta," ungkapnya. Penemuan helicobacter pylori Marshall dan rekannya menemukan bakteri dalam perut yang kemudian disebut "helicobacter pylori" (H.pylori). Penelitian Prof. Marshall berpangkal dari keprihatinan terhadap maraknya penyakit gastritis dan luka di lambung yang diderita oleh hampir 50 persen penduduk dunia hingga saat ini. Pemikiran konvensional hingga 1982 di kalangan ilmuwan kedokteran menyebutkan bahwa tidak ada bakteri yang dapat hidup di perut manusia karena perut manusia memproduksi asam dalam jumlah banyak, yang kadarnya sama dengan kekuatan asam di aki mobil. Dr. Barry Marshall lalu bekerja sama dengan rekannya Dr. J. Robin Warren dari Perth, Australia Barat, meneliti masalah tersebut hingga 1982 mereka menemukan bakteri yang disebut helicobacter pylori (H.Pylory) yang mampu hidup di dalam perut manusia dan menjadi penyebab berbagai penyakit infeksi lambung, bahkan dapat menjadi faktor penyebab kanker perut. Dalam upayanya membuktikan bahwa bakteri tersebut yang menjadi penyebab penyakit infeksi lambung, Marshall bahkan pada tahun 1984 -- saat masih bekerja di Fremantle Hospital -- meminum sendiri organisme H.pylori yang telah dikulturkan (dikembangbiakkan). Penelitiannya juga berujung pada temuan kombinasi obat-obatan yang dapat membunuh bakteri H.pylori dan menyingkirkan luka di lambung secara permanen. Kerja keras pasangan peneliti Barry J. Marshall dan J. Robin Warren akhirnya mengantarkan mereka pada penghargaan Nobel bidang kesehatan tahun 2005,sekitar 23 tahun sejak temuan pertama mereka terhadap bakteri tersebut. (*)

COPYRIGHT © ANTARA 2008