Atambua (ANTARA News) - Patroli Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia-Timor Timur (STPPIT) Markas Besar TNI di jalur Mota Ain, Kabupaten Belu, NTT, Rabu, menggagalkan penyelundupan 830 liter minyak tanah. "Informasi yang kami peroleh menyebutkan ada rencana aksi penyelundupan itu. Tim patroli gabungan dari Pos Mota Ain dan Silawan kemudian bergerak dan mendapati mereka melakukan aksinya dengan enam pelaku yang semuanya warga sekitar TKP," kata Komandan STPPIT Markas Besar TNI, Letnan Kolonel Infantri Muhammad Kusdaryono, di Atambua, Kabupaten Belu, NTT, Rabu. Barang bukti beserta tersangka pelaku kini ditahan di Polres Belu. Dia menyatakan, patroli seperti itu dilakukan bukan semata-mata karena informasi akan ada aksi penyelundupan, melainkan sudah menjadi kegiatan sehari-hari yang menjadi salah satu tugas pokok mereka. Dari keenam tersangka itu, katanya, hanya terdapat satu laki-laki. "Ini adalah hasil terbanyak yang pernah diperoleh selama ini. Memang, kami mengetahui aksi-aksi seperti itu kebanyakan dilakukan perempuan dengan maksud mengelabuhi petugas. Tetapi kami tidak bisa dikelabuhi," kata Kusdaryono. Saat ditangkap, katanya, para penyelundup yang merencanakan bisa menjual barang bersubsidi itu Distrik Suai, Timor Timur, itu tidak melakukan perlawanan, dan langsung menyerahkan diri. Modus operandi penyelundupan itu, katanya, dilakukan dengan cara memecah seluruh minyak tanah itu ke dalam jeriken-jeriken ukuran 10 dan 20 liter. Kemudian, jeriken-jeriken itu diangkut memakai gerobak melalui jalan tikus, yang oleh STPPIT Markas Besar TNI diidentifikasi sebagai jalur TLC 9. Saat ini, disparitas harga minyak tanah di Timor Timur dan Kabupaten Belu sangat menyolok, yaitu mencapai harga sekitar 1,02 dolar AS per liter sementara harga eceran di Atambua hanya Rp3.600 per liter. Sementara itu, pihak Pertamina Marketing Repreentative Dili, beberapa waktu lalu mengatakan, volume penjualan minyak tanah di Timor Timur yang disalurkan BUMN itu tidak bisa dijadikan andalan pendapatan. Penyaluran BBM dari dalam negeri, yaitu dari Surabaya di mana Pertamina di Dili bernaung, kata Marketing Representative Pertamina Dili, Djoko Pitoyo, berlangsung lancar selama ini. Rata-rata tiap 10 hari kapal tanker milik Pertamina atau rekanan selalu datang ke dermaga khusus mereka di kawasan Pantai Kelapa, Kota Dili. "Berdasarkan skema keperluan mereka, kami menyuplai tiap tiga bulan 3.200 kiloliter premium, 9.600 kiloliter solar, dan hanya 200 kiloliter minyak tanah. Avtur juga kami suplai sebanyak 22 ton," katanya. Dalam memasarkan produk BBM itu, unit Pertamina tidak menempuh kebijakan ikatan kontrak pembelian dengan agen besar. Dia mengakui, salah satu hal yang mempengaruhi stok minyak adalah faktor penyelundupan, baik melalui darat ataupun laut. "Tetapi kami tidak bisa apa-apa karena perihal penyelundupan ini bukan kewenangan kami. Kami hanya bisa memonitor saja," katanya. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2008