Jakarta (ANTARA News) - Lebih dari seribu warga yang datang dari lima wilayah dan juga sekitar Jakarta sejak magrib hingga pukul 20.00 WIB memadati kediaman mantan Presiden HM Soeharto untuk ikut serta dalam tahlilan empat puluh hari meninggalnya Presiden kedua RI. Tahlilan yang berlangsung Rabu usai salat isya diawali dengan ceramah dari mantan Menteri Agama Quraish Syihab, dan tahlilan dipimpin ustaz Arifin Ilham. Sejumlah tokoh yang tampak hadir pada acara tersebut adalah anggota DPR dari Fraksi Golkar Theo L Sambuaga, Mantan Mensesneg Moerdiono, Mantan Pangdam Jaya Sjafri Sjamsuddin dan juga Mantan Menaker Abdul Latief. Menurut salah seorang cucu mantan Presiden Soeharto Ari Sigit kepada wartawan sebelum acara dimulai, warga yang membanjiri kediaman mantan Presiden Soeharto sama sekali tidak diundang, secara tulus dan sukarela mereka datang dan mengikuti acara tersebut. Yani (45) salah seorang peserta tahlilan mengaku datang bersama teman-teman ibu-ibu pengajian dari kawasan Jakarta Timur beberapa hari sebelum tahlilan sudah mengetahui akan ada acara tersebut. Setiap peserta tahlilan setelah mengikuti acara yang selesai sekitar pukul 20.00 mendapat bingkisan atau berkat dalam sebuah kotak plastik berisikan sarung, sajadah, Alquran dan semacam keramik berwarna putih dengan tulisan "Memperingati 40 hari meninggalnya Haji Mohammad Soeharto". Di atas piring berbentuk segi empat ukuran 20x20 cm itu juga dicantumkan foto Pak Harto mengenakan seragam TNI berpangkat bintang lima. Meski demikian karena keterbatasan yang ada beberapa peserta ada yang hanya mendapat bingkisan makanan dalam kotak. Hingga pukul 20.15 warga yang ikut serta tahlilan masih terus mengikuti antrian untuk mendapat bingkisan dan kotak makanan. Sempat terjadi berberapa kali warga saling mendorong karena tidak sabar namun dapat diatasi karena ada sekitar lebih dari 100 petugas kepolisian dan juga TNI yang membantu pelaksanaan pembagian. Setiap warga yang hendak mendapat berkat dan binkgisan harus menunjukkan kupon saat acara tahlil berlangsung.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008