Jakarta (ANTARA News) - Pementasan monolog "Perempuan Menutut Malam" oleh Rieke Diah Pitaloka (Oneng), Niniek L Karim, dan Maryam Supraba, mengangkat tema perkawinan bawah tangan untuk penampilan di Nangroe Aceh Darussalam, 24 Maret 2008. "Tema pernikahan bawah tangan merupakan isu penting untuk diangkat, karena fenomena kawin siri merupakan bentuk dari budaya patriarki yang terdapat di rumah, di ruang publik, hingga kebijakan-kebijakan pemerintah," kata Rieke Diah Pitaloka, dalam konferensi pers di Jakarta, kemarin. Monolog tiga perempuan akan berlangsung di Jakarta (8-9 Maret), Aceh (24 Maret) dan Bandung (28-29 Maret) digelar dalam rangka menyambut Hari Perempuan Se-Dunia yang jatuh pada 8 Maret. Manajer Produksi monolog "Perempuan Menutut Malam", Vivi mengatakan monolog itu merupakan naskah baru yang ditulis Tati Krisnawaty menggantikan naskah yang sebelumnya bertema perempuan pekerja seks. Perubahan dilakukan karena naskah tentang pekerja seks tidak diperbolehkan di Aceh. Monolog tiga perempuan menghadirkan tiga tema, yaitu Perempuan di Parlemen, Perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga, Perempuan sebagai Pekerja Seks. Pemeran untuk tema Perkawinan Bawah Tangan, dibawakan Maryam Supraba yang selama ini aktif di Bengkel Teater yang dipimpin ayahnya, budayawan WS Rendra. "Maryam menggantikan Ria Irawan yang berhalangan ikut pentas di Aceh dan Bandung. Untuk tema Perempuan di Parlemen diperankan Rieke, sedangkan Perempuan sebagai Ibu Rumah Tangga diperankan Niniek L Karim," kata Vivi. Pementasan monolog tiga perempuan di Aceh, akan berlangsung di Kampus Unsyiah-Darussalam, Banda Aceh. Naskah pementasan ditulis Rieke Diah dan Faizah Mardzoeki, yang disutradarai Zuki a.k.a Kill The DJ dari Jogjakarta. Zuki sebelumnya pernah terlibat produksi monolog Butet Kertarajasa berjudul "Sarimin".(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008