Surabaya (ANTARA News) - Syuriah PWNU Jawa Timur KH memberi warning (peringatan) kepada kader-kader GP Ansor se-Jatim terkait dukungan simbol-simbol organisasi dalam pencalonan Ketua Umum PP GP Ansor H Saifullah Yusuf sebagai Calon Wakil Gubernur (Cawagub) pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jatim. "Ansor harus cerdas dan cermat, karena pilgub adalah perjudian yang menyebabkan Aswaja menjadi babak belur," kata Rois Syuriah PWNU Jatim KH Miftachul Akhyar kepada ANTARA News di Surabaya, Minggu, menanggapi banyaknya kader Ansor yang menjadi tim sukses pasangan Soekarwo - Saifullah Yusuf. Menurut pengasuh Pesantren Miftachussunnah, Kedungtarukan, Surabaya itu, Ansor hendaknya menyadari tidak ada tawaran politik yang gratis, karena itu tidak seharusnya "bersarang" pada telur yang belum jelas, apakah telur ayam atau telur buaya. "Sudah banyak contoh kader NU di rumah orang lain yang menjadi liar, karena dalam politik memang tidak ada yang gratis, buktinya sudah terjadi di Lamongan ada kader NU yang merusak rumah sendiri karena jabatan. Anak-anak NU yang masuk kendaraan orang lain itu tunduk kepada orang lain, bukan orangtuanya," katanya. Menanggapi hal itu, Ketua Umum PP GP Ansor H Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mengatakan, Ansor tetap akan mengutamakan keumatan dan menjalankan "peran tengah" sehingga Ansor akan tetap berhubungan baik dengan siapa saja, termasuk semua calon dalam Pilgub Jatim. "Karena itu, saya senang, pak Ali (Ketua PWNU Jatim DR KH Ali Maschan Moesa MSi yang menjadi cawagub dari Wagub Jatim DR H Soenarjo MSi) juga datang dalam acara Ansor," katanya di sela-sela pembukaan Rakerwil Ansor Jatim yang dihadiri Ali Maschan. Menurut keponakan Ketua Dewan Syuro DPP PKB KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu, warga Ansor sudah tahu siapa yang harus dipilih dalam Pilgub Jatim mendatang, karena itu dirinya juga tak perlu minta dukungan dari para kader Ansor se-Jatim. "Yang penting adalah Ansor harus punya program konkret untuk masyarakat yang tak tersentuh pembangunan, seperti pengadaan sarana air bersih, pembangunan jalan, dan sebagainya, sedangkan soal Pilgub atau yang lain cukup lima tahun sekali," katanya. Tentang adanya banyak pengurus NU dan badan otonom (banom) yang maju dalam Pilgub Jatim, ia mengatakan warga NU sudah biasa berbeda, seperti masalah tahlil, sehingga warga NU justru dapat menjadi contoh bagi warga masyarakat lainnya dalam demokrasi. "Karena itu, saya berharap kader-kader Ansor di Jatim menjelaskan kepada masyarakat, apakah masyarakat NU atau yang lain, kenapa saya maju dan kenapa pak Ali maju, karena semuanya bergantung program, bukan orang," katanya. Di sela-sela Rakerwil GP Ansor Jatim itu, Ali Maschan Moesa dan Saifullah Yusuf (Gus Ipul) siap mengikuti aturan NU untuk non-aktif terkait keterlibatannya dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jatim, namun hal itu akan dilakukan saat mereka benar-benar sudah menjadi cawagub melalui proses pendaftaran dirinya di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jatim pada Mei mendatang. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2008