Palu (ANTARA News) - Saat melakukan kunjungan kerja ke Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng), Fahmi Idris yang Menteri Perindustrian pada pekan lalu tidak kuasa memendam kenangan terhadap kali pertamanya wilayah itu di tahun 1966. "Saat itu Sulteng masih gelap gulita, karena masih sedikit sekali sumber listrik yang ada," katanya. Infrastruktur jalan pada waktu itu, menurut dia, belum banyak sehingga untuk menuju ke satu daerah melalui jalur darat yang jaraknya minimal 100 kilometer memerlukan waktu lebih sehari perjalanan. "Bahkan, saya dan rombongan terpaksa harus membuat jembatan darurat supaya bisa melintas ke daerah lain," kata Fahmi Idris. Mantan Menteri Tenaga Kerja Kabinet Pembangunan VII itu pun berkisah, dalam perjalanan bersama rombongan dari Jakarta, mereka singgah di daerah Parigi-Moutong yang jaraknya sekitar 100 km arah barat Kota Palu. Di Parigi-Moutong, Fahmi Idris dan rombongannya di tahun 1966 tersebut disambut Bupati dengan menari Dero bersama. Dero adalah tari persahabatan yang biasa dilakukan banyak orang secara melingkar dan saling bergandengan tangan. "Saya masih ingat sekali waktu itu," kata Fahmi Idris yang saat itu menjadi ketua rombongan kunjungannya. Ia mengenang, dalam rombongannya pada 1966 ada Mar`ie Muhammad, tokoh pemuda Generasi 1966 yang pernah menjadi Menteri Keuangan di era Orde Baru. Pada 1966, Sulteng masih memiliki empat Kabupaten, yakni Donggala, Buol, Tolitoli dan Banggai. Sekarang Sulteng sudah berkembang dengan memiliki 9 kabupaten dan satu kota, dengan Kota Palu sebagai ibukotanya. Saat itu, menurut Fahmi Idris, untuk menuju ke daerah lain, seperti Parigi-Poso harus ditempuh menggunakan jalur laut, karena kondisi berbukit-bukit dan sarana jalan masih sangat belum memadai. "Sulteng kini sudah menggalakkan pembangunan, jadi perjalanan antardaerah bisa ditempuh melalui jalur darat," kata pria kelahiran Jakarta, 20 September 1943 itu. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2008