Jakarta (ANTARA News) - Bursa global dan tekanan inflasi menekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan Senin ditutup turun tajam 4,84 persen dan berada di level 2.500. IHSG BEI ditutup turun 128,589 poin berada di posisi 2.527,867, sedangkan indeks LQ45, kelompok 45 saham likuid, menurun 31,114 poin (5,41 persen) ke level 543,813. Analis Riset PT Asia Kapitalindo Sekuritas, Harry Kurniawan, kepada ANTARA News mengatakan, penurunan indeks masih dipengaruhi sentimen global, terutama tentang perekonomian Amerika Serikat (AS), dan ketakutan tingginya inflasi dalam negeri. Menurut Harry, adanya indikasi naiknya suku bunga Bank Sentral AS (US Federal Reserve/The Fed) akibat tingginya inflasi di AS telah membuat pasar saham bereaksi dengan penurunan indeks saham di bursa global, terutama regional. Kondisi tersebut telah terefleksi pada penurunan indeks Dow Jones di bursa Wall Street AS yang pada Jumat pekan lalu ditutup turun 146,69 poin (1,22 persen) menjadi 11.893,69 dan diikuti oleh beberapa bursa kawasan Asia, seperti bursa Tokyo dengan indeks Nikkei-225 ditutup turun 250,66 poin (1,96 persen) ke level 12.532,12 dan bursa Singapura dengan indeks Straits Times ditutup turun 29,68 poin (1,04 persen) ke posisi 2.836,59, namun untuk bursa Hongkong walaupun pada awalnya negatif mengalami pergerakan positif dengan indeks Hang Seng naik 203,72 poin (0,91 persen) ke posisi 22.705,05. Harry juga menegaskan tingginya penurunan indeks BEI ini karena pasar "emerging market" (pasar negara berkembang) memang lebih reaktif dibanding pasar negara maju. Sedangkan, dari dalam negeri harga pangan masih belum dapat dikendalikan pemerintah yang akan disertai dengan kenaikan listrik juga memberi tekanan tambahan pada perdagangan saham di BEI. "Inflasi kita yang di atas 7,4 persen (YoY) juga menjadi kekhawatiran perlaku pasar," ujarnya. Dengan tingginya inflasi tersebut, lanjutnya, Bank Indonesia (BI) hanya punya dua pilihan bertahan atau naik BI-rate-nya. Namun, tegas Harry, secara jangka panjang pasar saham Indonesia masih tetap menarik, karena "yield"-nya akan naik dan kinerja emitan yang bagus. Dengan adanya sentimen di atas telah membuat perdagangan saham di BEI didominasi yang turun sebanyak 192 dibanding yang naik hanya 18, sedangkan 31 stagnan dan 214 efek tidak aktif diperdagangkan. Penurunan indeks dipimpin beberapa saham unggulan, seperti saham Bumi Resources yang anjlok Rp550 menjadi Rp6.450, Telkom turun Rp450 ke harga Rp9.250, Aneka Tambang menurun Rp175 ke posisi Rp3.900, Astra Internasional terkoreksi Rp1.500 ke level Rp24.500, dan Astra Agro Lestari turun Rp2.800 ke posisi Rp29.450. Volume perdagangan Senin ini mencapai 3,161 miliar saham dengan nilai Rp6,194 triliun dari 66.620 kali transaksi. (*)

Editor: Priyambodo RH
COPYRIGHT © ANTARA 2008