Madiun (ANTARA News) - Banjir besar menggenangi tiga kabupatan eks wilayah Karesidenan Madiun yakni Kabupaten Magetan, Ngawi, dan Kabupaten Madiun dengan ketinggian air antara 60 centimeter hingga 1,5 meter. Banjir yang terjadi sejak Senin itu, selain menggenangi perkampungan warga juga merendam puluhan hektar tanaman padi yang sudah siap panen, reporter ANTARA melaporkan dari Madiun, Selasa. Di Kabupaten Madiun banjir antara lain menggenangi pemukiman di Dusun Kedungbrubus, Desa Bulu, Kecamatan Pilangkenceng dan di kawasan Kecamatan Balerejo. Di Dusun Kedungbrubus, sebanyak 13 Kepala Keluarga (KK) atau 53 jiwa diungsikan karena rumahnya tenggelam. Warga yang rumahnya tenggelam adalah mereka yang tetap bertahan di dekat lokasi pembangunan Waduk Kedungbrubus yang lokasinya berada di lereng Gunung Pandan. Banjir terjadi karena waduk tidak mampu menampung air yang mengalir dari Sungai Klino dan Sungai Klenong. Untuk Kabupaten Magetan, banjir terjadi di wilayah Kecamatan Kartoharjo. Ada delapan desa yang terendam banjir setinggi lutut orang dewasa yakni Desa Jajar, Ngelang, Sukowidi, Pencol,Kartoharjo, Gunungan, Karangmojo dan Desa Jeruk. Banjir yang terjadi di kawasan Kartoharjo yang berdekatan dan berbatasan dengan wilayah Kab Ngawi ini tidak sampai menggenangi permukiman warga. Banjir terlihat menggenangi ratusan hektar areal persawahan yang ditanami padi yang mulai menguning. Di Kabupaten Ngawi banjir menimpa warga di wilayah Kecamatan Kwadungan, meliputi Desa Kendung, Dinden, Tirak, Purwosari, Simo, dan Sumengko. Sedangkan, di Kecamatan Geneng banjir terjadi di Desa Kersiken dan Kasreman. Untuk Kecamatan Ngawi, banjir terjadi di Desa Mangunharjo, Ketanggi, Kerucing, Tanjungharjo dan Karangasri. Banjir juga melumpuhkan jalan alternatif penghubung antara Kecamatan Kwadungan-Geneng, Kwadungan-Kartoharjo (Kab Magetan), Kwadungan-Madiun, dan Kwadungan-Ngawi. Dengan adanya banjir, aktifitas perekonomian dan aktifitas warga macet total. Warga yang ingin melewati jalan yang digenangi banjir terpaksa menggunakan gerobak dorong atau "kluthuk" yang disediakan oleh warga setempat. Koordinator Satuan Pelaksana (Satlak) Penanggulangan Bencana Pengungsi (PBP) Kabupaten Ngawi, Muhammad Shodiq, menyatakan, pihaknya telah menurunkan perahu karet dan perahu biasa ke lokasi-lokasi banjir untuk memberikan pertolongan kepada warga. Disamping itu, posko-posko pengungsian dan dapur umum juga didirikan di kantor kecamatan dan balai desa. Menurut dia, debit air Sungai Bengawan Solo dan Bengawan mencapai ketinggian antara 8,5 meter sampai 9,5 meter. Diperkirakan banjir akan segera surut, pasalnya banjir yang terjadi akibat adanya curah hujan yang tinggi selama sehari sebelumnya.(*)

Pewarta: surya
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2008