Jakarta (ANTARA News) - Pengusaha nasional H. Probosutedjo akan melanjutkan bisnis kehutanan di bidang Hutan Tanaman Industri (HTI) karena sektor itu bukan hanya menguntungkan para pengusaha tetapi juga menguntungkan negara. "Saya tidak akan kapok," kata pemilik Group Kedaung itu saat tiba di Jakarta, Rabu, dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Sukamiskin, Bandung, setelah dinyatakan bebas bersyarat dalam kasus tuduhan kredit bermasalah di bidang hutan tanaman industri. "Kredit yang saya ambil belum jatuh tempo, tetapi saya diadili dan dihukum padahal saya tidak bersalah. Saya ini telah teraniaya. Tapi biarlah Tuhan yang mengerti masalah itu," katanya seraya menambahkan, ia akan terus berbisnis di bidang HTI bahkan akan diperluas ke bidang pertanian tanaman padi organik. Menurutnya, jika pemerintah serius mengembangkan HTI, tidak akan pernah mengalami kesulitan dalam memenuhi APBN, karena hasilnya jauh lebih tinggi dibanding eksplorasi minyak. "Sektor HTI dapat menghasilkan miliaran dolar AS, karena harga pulp di pasar internasional saat ini cukup bagus dan punya kecenderungan naik," katanya. Saat ini banyak hutan tanaman industri dibiarkan rusak dan terbengkalai. Orang mau mengerjakan di bidang itu, banyak gangguan, sehingga para pengusaha lokal dan asing takut melakukan investasi karena masalah kepastian hukum. "Contohnya seperti saya ini, punya kredit Rp100 miliar belum jatuh tempo sudah dianggap salah," katanya. Sumber pencarian uang pemerintah untuk menutup APBN yang tiap tahun defisit itu, kata Probo, mengandalkan pada utang luar negeri, dan meningkatkan pajak. Cara seperti itu kurang "cerdas" karena Indonesia mempunyai sumber alam yang cukup melimpah, dapat ditanami kayu, kedele, jagung dan padi. "Jika pemerintah mau mengkonsentrasikan pembangunan di bidang hutan dan sektor pertanian, saya yakin, Indonesia takkan mengalami kesulitan dalam memenuhi sektor pangan," katanya. Probosutedjo mencontohkan, di sektor pertanian, pihaknya dapat meningkatkan panen padi sekitar 10 ton per hektar. Padahal, selama ini para petani hanya menghasilkan 4-5 ton per hektar, karena cara menanam dan memupuk tidak dilakukan dengan metode yang benar. Sebelum menikmati kebebasan, Probosutedjo tinggal di rumah singgah di kompleks Lapas Sukamiskin Bandung, selama masa asimilasi. Di rumah singgah itu ia bertanam sayur-sayuran dan memelihara ikan. "Semua itu saya tinggalkan untuk para petugas dan teman-teman yang ada di Lapas Sukamiskin, mudah-mudahan dapat dipanen dengan baik," katanya. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2008