Jakarta (ANTARA News) - PT LG Electronics Indonesia menghentikan produksi televisi layar cembung (TV konvensional) mulai April 2008 menyusul naiknya biaya produksi dan turunnya segmen pasar TV tersebut di dalam negeri. "Mulai bulan depan kami sudah tidak memproduksi TV konvensional lagi," kata GM Pemasaran Domestik LGEIN Budi Setiawan, di Jakarta, Rabu. Ia mengatakan, naiknya harga bahan baku seperti plastik yang mencapai sekitar 70 persen, kaca, dan lain-lain menyebabkan biaya produksi meningkat. Pada saat yang bersamaan harga TV layar datar (flat) hampir menyamai harga TV konvensional. Selain itu, lanjut Budi, tren pasar TV di Indonesia terus beralih dari TV konvensional ke TV flat, yang terlihat dari porsi penjualan TV flat yang terus meningkat dari penguasaan pasar TV sebesar 45 persen pada 2006 menjadi 54 persen pada 2007. Pada 2008 penguasaan pasar TV flat diperkirakan mencapai sekitar 69 persen atau sekitar 2,8 juta unit dari pasar TV domestik yang diproyeksikan mencapai 4,2 juta unit. Sisanya televisi konvensional menguasai pasar sekitar 26 persen atau sekitar 1,1 juta unit, serta TV LCD dan plasma dengan penguasaan pasar sebesar delapan persen atau sekitar 300 ribu unit. Budi mengatakan, penjualan TV konvensional LGEIN terus menurun mencapai 60 persen dibandingkan tahun lalu. "Kami jualnya juga tidak banyak hanya sekitar 25 ribu unit per bulan, itu pun masih didominasi tv 14 inci," ujarnya. Ia mengakui dengan akan diberhentikannya produksi TV konvensional maka pihaknya hanya akan memasarkan sisa produksi TV konvensional yang ada. Menanggapi apakah LGEIN tidak merugi dengan penghentian produksi TV konvensional, Budi mengatakan, "Malah kami dapat untung, karena jual TV konvensional rugi. Ongkos produksinya mahal, padahal dengan material plastik dan kaca yang sama bisa memproduksi TV flat dengan harga lebih tinggi." Dikatakannya, penghentian produksi TV konvensional tidak akan menurunkan produksi TV LGEIN, karena jalur produksi TV konvensional yang mencapai sekitar 30 ribu unit per bulan, langsung dialihkan untuk memproduksi TV flat. "Molding (cetakan)-nya saja yang beda (antara TV konvensional dan TV flat). Jadi tinggal ganti molding, satu molding harganya sekitar Rp Rp5-8 miliar," ujarnya. Dengan dihentikannya produksi TV konvensional, LGEIN juga akan menghentikan produksi tabung gambar untuk TV konvensional (CRT) dan hal itu, diakui Budi, akan menyulitkan produsen TV domestik yang masih memproduksi dan memasarkan TV konvensional seperti PT Sharp Electronics Indonesia (SEID) yang membeli CRT dari LGEIN. Gabungan Elektronik (GABEL) sebelumnya telah memperkirakan produksi dan pemasaran TV konvensional di Indonesia akan berhenti seiring dengan tren pasar yang beralih ke TV flat serta plasma dan LCD. Bahkan PT Matsushita Toshiba Picture Devices Indonesia (MTPDI) yang memproduksi tabung gambar televisi (CRT) menutup pabriknya tahun lalu. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2008