Dakar (ANTARA News) - Para menteri luar negeri negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI) telah menyepakati perubahan-perubahan dalam piagam milik badan utama perwakilan dunia Islam tersebut, kata para pejabat. "Kami sudah menyelesaikan suatu langkah bersejarah dengan mencapai mufakat atas revisi piagam setelah melalui perdebatan selama dua tahun oleh 57 anggota kami," kata Cheikh Tidiane Gadio, menteri luar negeri Senegal, saat jumpa pers di Dakar, Senegal, menjelang pembukaan pertemuan puncak OKI. Gadio mengatakan ada "peluang sebesar 99,99 persen" bahwa perubahan itu akan diterima secara resmi oleh para pemimpin OKI dalam pertemuan puncak yang berlangsung hari Kamis dan Jumat. Para menteri luar negeri tersebut melakukan pertemuan selama dua hari sebagai persiapan menjelang Sidang ke-11 OKI. Gadio mengatakan butir-butir yang direvisi antara lain kriteria bagi keanggotaan atau status peninjau OKI, modernisasi lembaga tersebut serta pemberian definisi baru bagi penentuan nasib sendiri. Dia mengatakan para menteri luar negeri juga menyetujui untuk memperkuat dana solidaritas Islam yang diluncurkan pada Mei tahun lalu . Revisi tersebut juga menyangkut pembentukan dana anti-kemiskinan dan suatu program untuk membantu negara-negara Afrika, serta mengusahakan pemutihan utang bagi anggota-anggota OKI. Sekretaris Jenderal OKI, Prof Ekmeleddin Ihsanoglu, yang juga hadir dalam jumpa pers itu, menekankan bahwa piagam tersebut telah digunakan sejak tahun 1972 atau tiga tahun setelah OKI lahir. Organisasi yang awalnya beranggotakan 24 negara itu kini telah terdiri dari 57 anggota, dan Ihsanoglu mengatakan "OKI kini sudah tidak sama dengan OKI tahun 1972 dan dunia sekarang tidak lagi berada di dalam dua kutub Perang Dingin." Para mantan presiden dan pemimpin lainnya serta para cendekiawan maupun ahli hukum, turut di dalam panel yang merekomendasikan perubahan atas piagam tersebut, demikian IINA.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © ANTARA 2008