Tirana (ANTARA News) - Satu pangkalan militer Albania yang menyimpan amunisi usang, mengalami serentetan ledakan besar, Sabtu, dan menewaskan setidak-tidaknya empat orang dan melukai 200 lainnya. Tim penyelamat berdatangan ke lokasi sedangkan rumah-rumah sakit menerima para korban yang luka bakar, gegar otak, atau tubuh yang terkena potongan kaca maupun pecahan mortir. "Sebagian besar lokasi belum diperiksa karena ledakan-ledakan masih terjadi," ungkap suatu pernyataan dari kantor Perdana Menteri Sali Berisha seperti dilaporkan Reuters. Pemerintahan Berisha sebelumnya berjanji memusnahkan bahan peledak berbahaya peninggalan masa komunisme. Ledakan tersebut terjadi saat tim dari Albania dan Amerika Serikat mulai memindahkan persediaan bom, peluru, mortir dari zaman Perang Dunia II di pangkalan tersebut. Pangkalan tersebut merupakan pusat penyimpanan amunisi pada zaman Albania dipimpin kediktatoran. Negara tersebut berharap dapat diterima sebagai anggota baru NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) pada bulan depan. Banyak korban cedera akibat ledakan yang menghantam desa-desa sekitarnya maupun kendaraan yang melintas di jalan raya sebelah pangkalan itu. Perusahaan yang terlibat dalam penghancuran amunisi itu mengemukakan terdapat sekitar tiga ribu ton bahan peledak di tempat tersebut. Saat mengunjungi salah satu rumah sakit, Berisha menanyakan kepada seorang laki-laki berapa banyak orang di pangkalan saat ledakan terjadi. "Kami terdiri dari 21 kelompok yang masing-masing terdiri atas tiga orang. Saya dan 14 lainnya berhasil keluar," kata laki-laki itu kepada perdana menteri Albania. Kantor perdana menteri tersebut kemudian mengutip para saksi yang menyebutkan bahwa ledakan pertama tidak terlalu besar sehingga sebagian besar dari pekerja, yang diperkirakan berjumlah 110 orang itu, berhasil keluar. "Sepuluh menit kemudian terjadi ledakan terbesar dan para pekerja segera menyelamatkan diri," pernyataan tersebut menekankan. "Pemerintah sedang mengidentifikasi satu per satu karyawan, namun situasinya masih sulit dan ledakan masih terus terjadi." Juru kamera Reuters menyaksikan "masyarakat yang terguncang meninggalkan daerah itu dengan berjalan kaki di sepanjang jalan bebas hambatan" dan mobil-mobil dengan kaca pecah ditinggalkan di tengah jalan. Televisi Albania memperlihatkan rumah-rumah yang porak poranda serta tembok dan atap yang berserakan. Penduduk desa Gerdec sudah berada di lubang perlindungan beton yang dibangun oleh mendiang diktator Enver Hoxha. Sebagian penduduk lainnya menjauh dari lembah tersebut ke lereng bukit yang berada di atas pangkalan. Jendela dan pintu kaca pecah berserakan di Bandara baru kota Tirana, yang terletak beberapa kilometer dari pangkalan tersebut. Jadwal penerbangan ditunda selama satu setengah jam. Kontraktor-kontraktor sipil asal Amerika Serikat sudah bertahun-tahun terlibat dalam proyek pelucutan senjata itu. (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2008