Brisbane (ANTARA News) - Terik matahari yang menyengat kulit tidak menghalangi ribuan warga Australia dari berbagai keyakinan, suku-bangsa, warna kulit, dan usia turun ke jalan kota Brisbane untuk menunjukkan solidaritas mereka pada rakyat Palestina dalam aksi unjuk rasa damai anti-Israel, Sabtu siang. Mereka meneriakkan "Free, free Palestine... Shame-shame Israel... Killing children is a crime in Israel and Palestine" (Bebaskan, Bebaskan Palestina ... Malu-Malu Israel ... Membunuh anak-anak adalah kejahatan di Israel maupun Palestina) di sepanjang jalan-jalan utama kota Brisbane yang mereka lalui. Aksi unjuk rasa yang diorganisir kelompok "Keadilan untuk Palestina" dan didukung sejumlah forum diskusi dan organisasi pro-Palestina di Australia, seperti "Solidarity", "Solialist Altenative", "Direct Action", dan "Australians for Palestine" itu bermula dan berakhir di taman Queen pusat kota Brisbane. Wartawan ANTARA di Brisbane melaporkan, suasana gegap-gempita ribuan demonstran yang melengkapi diri mereka dengan bendera dan atribut Palestina, plakat dan spanduk, serta puluhan balon gas mewarnai sepanjang jalan George, Adelaide, Edward, Charlotte, dan Elizabeth yang menjadi rute pawai. Para turis dan warga kota yang menyaksikan jalannya aksi tampak santai. Tak ada rasa was-was di wajah mereka. Justru banyak di antara mereka ikut mengabadikan momen itu dengan kamera-kamera mereka. Sekitar empat orang aparat kepolisian Queensland yang bertugas mengawasi jalannya aksi yang diisi dengan pengheningan cipta selama satu menit untuk mengenang para korban serangan militer Israel di Jalur Gaza dan pelepasan puluhan balon warna-warni ke udara itu pun tampak santai. Dua orang polisi bersepeda motor besar berada beberapa meter di depan barisan terdepan rombongan demonstran untuk menuntun mereka ke rute jalan yang dilalui sedangkan polisi bersepeda menghentikan arus kendaraan roda empat di persimpangan jalan yang dilalui peserta aksi. Sebelum para demonstran turun ke jalan, panitia memulai aksi yang berlangsung dari pukul 12.30 hingga 14.30 waktu Brisbane itu dengan penyampaian pidato dari tokoh lintas agama, anggota parlemen, aktivis buruh, musisi dan aktivis perdamaian. Para tokoh secara bergantian menyuarakan pandangan dan keprihatinan mereka pada krisis kemanusiaan di Jalur Gaza, penduduk Israel atas tanah-tanah Palestina, dan sikap politik pemerintahan Perdana Menteri Kevin Rudd yang pro-Israel dan memandang aksi brutal militer Israel di Gaza sebagai "hak membela diri". Di antara para tokoh yang menyuarakan pandangannya itu adalah Anggota Parlemen Australia, Graham Perrett, Asisten Sekjen Dewan Organisasi Buruh Queensland, Amanda Richards, dan Aktivis perdamaian dari Australia untuk Palestina (AFP), Michael Shaik. Tokoh Yahudi Bicara Selain mereka, masing-masing seorang tokoh agama Islam, Kristen dan Komunitas Yahudi juga memberikan pandangan tentang krisis kemanusiaan di Jalur Gaza. Mereka adalah Yusuf Peer (imam masjid di Brisbane), Fater Terry Fitzpatrick (pastur di Gereja Katolik St.Mary Brisbane) dan Margot Salom (tokoh perempuan Yahudi). Musisi setempat, Robert Dunn, turut menyampaikan keprihatinannya pada nasib anak-anak Palestina yang menjadi korban kejahatan kemanusiaan Israel melalui lagu karangannya. Diiringi petikan gitarnya, ia melantunkan lagu yang diberi judul "Palestine". Demonstrasi anti-Israel yang diisi dengan aksi pawai di jalan ini merupakan yang kedua di Brisbane setelah aksi yang sama tanggal 3 Januari lalu. Pada aksi pertama 3 Januari yang berlangsung di tengah hujan lebat dan hanya diikuti beberapa ratusan orang itu, massa tidak turun ke jalan. Mereka hanya mengikuti rangkaian orasi di areal taman Queen yang terletak di simpang jalan Elizabeth dan George. Gelombang aksi demonstrasi anti-Israel di Australia berlangsung sejak 29 Desember lalu. Selain di Brisbane, aksi yang sama juga terjadi di Sydney, Melbourne, dan Perth selama dua pekan terakhir. Pada aksi demonstrasi 29 Desember 2008 yang berlangsung di depan kantor Konsulat Jenderal Amerika Serikat, Sydney, ribuan orang demonstran sempat mengecam pernyataan Wakil Perdana Menteri Australia Julia Gillard yang mendukung aksi militer Israel di Gaza. Dalam konflik Israel-Hamas ini, Pemerintah Australia membela aksi militer Israel di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas. Sebaliknya, Pemerintah Australia menganggap Hamas organisasi teroris. Namun Canberra juga prihatin dengan implikasi buruk yang ditimbulkan konflik kedua pihak terhadap rakyat di wilayah masing-masing. Media Australia mencatat bahwa serangan roket Hamas ke wilayah Israel selama lebih dari delapan tahun terakhir diperkirakan hanya menewaskan 19 hingga 21 warga Israel. Sebaliknya, selama periode waktu yang sama, serangan-serangan militer Israel ke wilayah Palestina menewaskan sedikitnya 3.000 orang. Bahkan aksi militer Zionis Israel yang berlangsung selama dua pekan sejak 27 Desember 2008 telah menewaskan lebih dari 700 orang warga Palestina di Jalur Gaza dan melukai ribuan orang lainnya. (*)

Pewarta: surya
Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2009