Jenewa (ANTARA News) - Upaya global guna mengendalikan wabah tuberculosis (TB) agak lamban pada 2006, demikian pula dengan kemajuan dalam mendiagnosis orang yang terserang penyakit yang menular melalui udara tersebut, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Senin. Dalam laporan tahunan mengenai situasi pengendalian TB di dunia, badan PBB tersebut menyatakan terdapat 9,2 juta kasus baru TB pada 2006, termasuk 700.000 kasus di kalangan orang yang terserang HIV, dan 500.000 kasus TB yang kebal terhadap banyak obat (MDR-TB). Selain itu, sebanyak 1,5 juta orang meninggal akibat TB pada 2006, sementara 200.000 orang lagi meninggal akibat TB yang berkaitan dengan HIV. Laporan tahunan tersebut, yang berisi data hingga 2006 yang diberikan oleh 202 negara dan wilayah, mengutip beberapa alasan bagi lambatnya kemajuan, termasuk beberapa program gemilang di tingkat internasional tak mampu mempertahankan upaya mereka dengan langkah yang sama dalam beberapa tahun belakangan. Selain itu tak ada peningkatan dalam pendeteksian kasus TB melalui program nasional di sejumlah negara Afrika. Program masyarakat juga tak memperhitungkan banyak pasien yang dirawat di pusat perawatan swasta dan oleh organisasi kemasyarakatan yang berlandaskan kepercayaan dan non-pemerintah. "Kita telah memasuki era baru," kata Direktur Jenderal WHO Margaret Chan, yang menekankan perlunya untuk memperkokoh program masyarakat dan bermitra dengan penyedia layanan untuk meningkatkan upaya dalam memernagi TB. "Mendaftar penyedia lain ini, bekerjasama dalam kemitraan dengan program nasional, akan sangat meningkatkan diagnosis dan perawatan bagi orang yang memerlukan," katanya. Yang mengancam akan kian memperlambat kemajuan ialah kenyataan bahwa angka MDR-TB, yang memerlukan perawatan lebih lama dan memerlukan obat yang lebih mahal, tinggi sepanjang waktu, kata WHO. Ditambahkannya tanggapan terhadap wabah itu tak sesuai. Kombinasi mematikan TB dan HIV, yang menyulut wabah TB di banyak belahan dunia, terutama di Afrika, juga menimbulkan ancaman bagi upaya global anti-TB. Berdasarkan wilayah, Afrika memiliki angka TB tertinggi, sementara Asia memiliki kasus terbanyak. Menurut negara, India memiliki kasus terbesar, diikuti oleh China, Indonesia, Afrika Selatan dan Nigeria, demikian laporan tahunan WHO mengenai data dari 202 negara dan wilayah. "Kita benar-benar berada dalam situasi yang sangat tidak pasti, jadi, sebenarnya, saya tak merasa senang sama sekali, bahwa (penyakit) itu benar-benar mulai terkendali," kata Dr. Mario Raviglione, yang memimpin upaya WHO melawan TB, kepada wartawan dalam suatu taklimat. "Yang menjadi keprihatinan besar ialah terjadi kelambanan di sini, dan bukan percepatan, dalam upaya pengendalian TB," kata Raviglione. Kekurangan dana adalah faktor lain. Meskipun telah ada peningkatan sumber daya, anggaran TB diperkirakan takkan naik tahun ini di hampir kebanyakan negara yang menghadapi penularan parah, kata WHO, demikian Xinhua.(*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2008