Washington (ANTARA News) - The Fed memangkas suku bunga utama tiga perempat poin pada Selasa, sehingga suku bunga dana federal menjadi 2,25 persen, sebagai bagian dari upaya untuk memerangi krisis kredit yang menjamur. Namun Federal Open Market Committee yang terpecah, melakukan voting dengan hasil 8:2 bagi penurunan suku bunga dan mengeluarkan pernyataan yang menyoroti risiko inflasi. Para analis mengatakan, keterpecahan di lembaga itu mengindikasikan pemangkasan suku bunga yang besar mungkin akan sedikit lebih sulit dijual, namun The Fed mungkin tidak ambruk begitu mudahnya terhadap tekanan pasar atas suku bunga. Bank sentral juga merampingkan suku bunga diskonnya untuk pinjaman langsung kepada bank, dan kini tersedia bagi sejumlah perusahaan sekuritas, dengan angka yang sama, membuat suku bunga menjadi 2,50 persen. Langkah tersebut menandai upaya terakhir The Fed yang dipimpin oleh ketua Ben Bernanke untuk menghidupkan kembali ekonomi AS yang melempem dan memerangi krisis kredit global yang mengancam akan membekukan sistem perbankan. "Jika mereka bereaksi terhadap ekonomi, tindakan ini masuk akal karena nampaknya ekonomi sedang mengarah ke selatan dengan buru-buru," kata Robert MacIntosh, ekonom di Eaton Vance dikutip AFP. "Mereka sedang mengupayakan," katanya tentang anggota The Fed. "Semoga berhasil tetapi tidak ada jaminan." Pernyataan FOMC mengindikasikan bahwa The Fed siap bertindak lebih jauh jika dibutuhkan untuk membantu menyetabilkan ekonomi yang rapuh. "Informasi terakhir mengindikasikan bahwa masa depan aktivitas perekonomian melemah lebih jauh," kata pernyataan itu. "Pertumbuhan pembelanjaan konsumen melambat dan pasar tenaga kerja melemah. Pasar keuangan tetap di bawah tekanan berat, dan kondisi pengetatan kredit dan parahnya kontraksi perumahan mungkin akan memberati pertumbuhan ekonomi selama beberapa kuartal mendatang." Pernyataan itu mengatakan tindakan tersebut digabung dengan langkah-langkah lain untuk mendorong likuiditas, "seharusnya membantu mendorong pertumbuhan moderat selama beberapa waktu dan mengurangi resiko terhadap aktivitas perekonomian." Pernyataan itu menambahkan, "Namun, penurunan resiko terhadap pertumbuhan tetap ada. Komite akan bertindak tepat waktu jika dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan stabilitas harga." Tetapi dalam suatu pengakuan terhadap serangan inflasi, pernyataan itu menambahkan: "Inflasi telah dientaskan, dan sejumlah indikator perkiraan inflasi telah meningkat ... Hal itu perlu untuk terus memonitor perkembangan inflasi dengan hati-hati." Langkah The Fed tersebut muncul di tengah penetapan harga pasar dari kemungkinan pemangkasan satu poin persentase penuh suku bunga dana tersebut. Tetapi Scott Anderson, ekonom di Wells Fargo mengatakan bank sentral "ingin memperingatkan pasar bahwa pihaknya mengubah suku bunga dana federal dan bukan pasar berjangka." Anderson mengatakan The Fed tidak dapat mengabaikan penurunan dolar AS dan lonjakan harga komoditas sebagai reaksi terhadap pemangkasan suku bunga terakhir. "The Fed ingin mengurangi kekacauan dalam pasar namun mereka tidak mau menandatangani cek kosong," kata Anderson. Memerangi kemunduran ekonomi dan krisis kredit diantara bank-bank, The Fed kini telah memangkas suku bunga dana federalnya dengan 300 basis poin dari 5,25 persen September lalu, dalam upaya untuk meringankan tekanan pasar perumahan dan perkreditan. The Fed bereaksi terhasap kekacauan ekonomi dan pasar yang berasal dari lumernya sektor subprime real estat AS, yang didasarkan pada pinjaman kepada perorangan dengan kredit buruk. Sejumlah uang tunai yang besar sekali dipompakan ke dalam pinjaman perumahan (subprime loan) oleh perbankan dan perusahaan sekuritas di seluruh dunia membuat perusahaan-perusahaan itu memaparkan kerugian besar, dan mengakibatkan keruntuhan spektakuler minggu lalu raksasa Wall Street Bear Stearns, yang dibeli JPMorgan Chase dengan bantuan The Fed dengan harga penawaran rendah dua dolar per saham. Namun beberapa orang berpendapat The Fed tidak dapat mengentaskan krisis sendirian dan mungkin memicu inflasi serta menggelembungkan aset baru yang potensial dengan memangkas suku bunga secara agresif. Cary Leahey, ekonom di Decision Economics, mengatakan sejumlah partisipan pasar kecewa bahwa pemangkasan tersebut bukan 100 basis poin yang diharapkan banyak orang. Ia mengatakan dua penolakan tersebut juga menandakan tiadanya konsensus. "The Fed mengkhawatirkan lebih banyak tentang inflasi daripada yang saya pikir," kata Leahey. Tetapi karena pemangkasan tidak sedalam yang diharapkan, "The Fed mungkin harus kembali ke sumur lebih awal daripada yang mereka harapkan." Leahey mengatakan para pedagang melihat "resiko pelumeran pasar dan resiko resesi dan itu resiko besar. Ada juga resiko inflasi dan itu adalah resiko kecil-kecil sepanjang terkait pasar." (*)

Editor: Suryanto
COPYRIGHT © ANTARA 2008