Beijing (ANTARA News) - Polisi China mengancam atau melarang wartawan meliput kerusuhan di Tibet paling tidak 30 kali sejak kerusuhan berdarah meletus di wilayah itu pekan lalu, kata para wartawan, Rabu. Dalam salah satu dari insiden-insiden terbaru, seorang wartawan AFP diperintahkan keluar dari bus di China barat daya. Klub Wartawan Asing China mengatakan wartawan telah mengalami gangguan di kota-kota Beijing, Chengdu dan Xining serta di Lhasa. "Anda tidak ingin mengetahui apa yang akan terjadi jika anda tidak menunjukkan kepada kami tayangan itu," kata perhimpunan itu mengutip pernyataan polisi kepada wartawan Finlandia Katri Makkonen, yang ditahan Selasa di provinsi Gansu China barat laut, di mana para biksu Tibet melakukan protes terhadap kekuasaan China. Di beberapa lokasi, polisi melarang wartawan melaksanakan tugas mereka dan menggiring mereka keluar dari daerah-daerah di mana pasukan dilaporkan menumpas kerusuhan. Di daerah-daerah Tibet pekan lalu meletus kerusuhan-kerusuhan anti China paling serius dalam hampir 20 tahun. Pemerintah Dalai Lama di pengasingan di kota Dharamshala, India mengatakan, ratusan pemrotes Tibet tewas dalam tindakan keras terhadap kerusuhan itu. Ratusan orang juga ditahan di ibukota wilayah itu Lhasa, kata para aktivis. Sejumlah wartawan lagi ditahan untuk diperiksa oleh pihak berwenang, Rabu, di provinsi Sichuan, China barat daya. Ini termasuk seorang wartawan AFP dan seorang wartawan Barat lainnya yang diberitahu mereka tidak dapat mengunjungi satu daerah dengan penduduknya banyak etnik Tibet. "Kami berada di dalam sebuah bus publik. Mereka menghentikan bus itu, menemui kami dan membawa paspor-paspor kami," kata wartawan AFP itu. "Mereka membawa kami ke kantor mereka dan mengemukakan kepada kami bahwa mereka menghentikan kami karena kuatir atas keselamatan kami dan ... karena kami adalah wartawan." Para pejabat yang memeriksa para wartawan mengakui bahwa larangan perjalanan itu adalah karena terjadi kerusuhan di Tibet. Paling tidak dua wartawan Barat lainnya diperintahkan meninggalkan daerah-daerah Tibet di Sichuan, Rabu, kata seorang wartawan. Tindakan terbaru itu dilakukan setelah Klub Wartawan Asing pekan ini menuntut agar pemerintah menghormati peraturan-peraturan yang dikeluarkan pada periode ini sampai itu sampai dan selama Olimpiade Beijing, yang memberikan kebebasan pers yang lebih besar bagi wartawan asing. Pada hari Senin,jurubicara Deplu AS Tom Casey mengecam pengusiran yang dilakukan China terhadap para wartawan asing dari Tibet, menyebutnya "menggelisahkan dan mengecewakan." Kelompok pengawas media yang berpusat di Paris Wartawan Tanpa Perbatasan mengecam keras, Selasa apa yang disebutnya tindakan-tindakan yang dilakukan Beijing untuk melarang peliputan media atas unjukrasa-unjukrasa itu dan tindakan keras di Tibet. Sementara itu, mantan seorang pejabat penting pemerintah China dari Tibet mengecam liputan berita Barat tentang kerusuhan itu, menyebutnya tidak punya rasa tanggungjawab. "Menyakitkan hati bahwa liputan berita yang tidak punya rasa tanggungjawab oleh sejumlah media Barat bahwa tidak menemukan fakta-fakta tentang kerusuhan itu," kata kantor berita Xinhua mengutip mantan pemimpin penting Tibet itu Raidi. "Sejumlah media Barat dengan sengaja mengubah fakta-fakta dan melaporkan sebagai unjukrasa damai untuk memfitnah usaha-usaha sah kami menjaga stabilitas sosial." (*)

Editor: Bambang
COPYRIGHT © ANTARA 2008